kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekspansi bisnis grup salim di luar negeri


Senin, 10 Maret 2014 / 07:00 WIB
Ekspansi bisnis grup salim di luar negeri
ILUSTRASI. Bagi pria, menghasilkan sperma kental bisa dilakukan secara alami dengan mengkonsumsi beberapa jenis makanan ini.


Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Jejaring bisnis Grup Salim di luar negeri semakin menggurita. Anthoni Salim, generasi kedua pemilik Grup Salim, melalui Droxford International kabarnya akan menambah saham di Atlantic Limited, penambang vanadium terbesar di dunia. Droxford kabarnya akan mengucurkan US$ 33 juta (sekitar Rp 375 miliar) ke pertambangan di Australia Barat itu.

Sumber The Wall Street Journal, pekan lalu, menyatakan, keuangan Atlantic yang tercatat di bursa saham Australia itu sedang merana. Perdagangan saham Atlantic dihentikan sementara (suspend) sejak awal bulan lalu menyusul kebakaran pabrik di proyek Windimura Vanadium, Australia. Akibatnya, produksi perusahaan ini tidak mencapai target, arus kas tersendat, dan memicu sentimen negatif di pasar modal.

Ironisnya lagi, harga jual vanadium, logam industri yang digunakan untuk memperkuat baja dan banyak digunakan untuk produksi jet tempur, terus merosot. Alhasil, nilai pasar Atlantic turun dari nilai tertinggi A$ 367 juta di tahun 2011 menjadi saat ini hanya A$ 27 juta. Nah, dalam kondisi seperti itu, Grup Salim dikabarkan sedang berunding untuk menyelamatkan Atlantic dari kebangkrutan.

"Tawaran itu masih dikaji oleh manajemen perusahaan," kata sumber tersebut, pekan lalu. Sayang, Chairman and Managing Director Atlantic, Michael Minosora ketika dihubungi KONTAN, enggan mengonfirmasi kabar ini. "Tanya saja ke yang memberitakan," ungkap Minosora kepada KONTAN, Jumat (7/3). Franciscus Welirang, salah satu petinggi Grup Salim, juga enggan berkomentar.

Ia mengaku tak mengetahui rencana Grup Salim yang akan menyuntik US$ 33 juta kepada Atlantic. "Maaf kalau yang di luar negeri, saya tidak tahu sama," tandas Franciscus. Sebagai catatan, saat ini Grup Salim merupakan pemilik 17,42% saham Atlantic. Grup Salim menempatkan orang kepercayaan mereka yakni Phiong Philipus Darma sebagai Non-Executive Director.

Jika menyuntikkan lagi dana sekitar US$ 33 juta, porsi saham Atlantic milik Grup Salim berpeluang bertambah menjadi lebih dari 30% dan menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan itu. Selain di Atlantic, lewat First Pacific Co Ltd yang berbasis di Hong Kong, Grup Salim juga memiliki 31,2% saham perusahaan tambang Philex Mining Corporation. Philex yang berbasis di Filipina bergerak di pertambangan tembaga, perak, dan emas. Selain itu ada, Philex Petroleum yang menggarap bisnis minyak dan gas bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×