kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekpekstasi pelemahan rupiah mengerek CDS Indonesia ke level tertinggi sejak November


Senin, 18 Januari 2021 / 19:47 WIB
Ekpekstasi pelemahan rupiah mengerek CDS Indonesia ke level tertinggi sejak November
ILUSTRASI. Meningkatnya impor Indonesia dan kenaikan harga komoditas juga akan menekan nilai tukar rupiah


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan persepsi risiko investasi di Indonesia terus naik. Hal ini bisa dilihat kenaikan level credit default swap (CDS) Indonesia. Pada Jumat (15/1) CDS tenor 10 tahun berada di level 137,13. Sementara CDS tenor 5 tahun berada di level 74,43. Kedua level tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan November tahun lalu.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail Zaini menjelaskan, persepsi risiko berinvestasi di Indonesia naik seiring ekspektasi investor terhadap pelemahan kurs rupiah. Menurut dia, saat ini potensi pelemahan dipicu oleh kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) yang tinggi di AS seiring kebutuhan defisit fiskal AS yang juga tinggi.

“Di Indonesia sendiri kan defisit anggarannya juga besar, jadi ada kekhawatiran jika dana yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) akan terbatas seiring dolar yang terbatas juga. Pasar pun akhirnya sudah berekspektasi rupiah akan melemah dan berujung naiknya CDS Indonesia,” jelas Ahmad ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (18/1).

Ahmad menambahkan, meningkatnya impor Indonesia dan kenaikan harga komoditas juga akan menekan nilai tukar rupiah ke depan sehingga turut membuat level CDS naik. Ini sudah terlihat dari data neraca dagang bulan Desember yang walaupun masih surplus, jumlahnya turun.

Baca Juga: Dolar AS masih menguat, rupiah berpotensi lanjutkan pelemahan pada Selasa (19/1)

Kondisi tersebut akibat impor migas yang naik berbarengan dengan harga minyak yang juga naik. Dus, Ahmad melihat dengan kebutuhan impor yang besar seiring fase pemulihan ekonomi, harga komoditas naik, tetapi dolar AS yang masuk justru terbatas, rupiah pun tertekan. Pada akhirnya CDS Indonesia ikut terkerek naik.

Bahkan, Ahmad memperkirakan secara jangka pendek, CDS Indonesia masih akan terus naik hingga Maret mendatang. Pertimbangannya adalah, pada kuartal kedua 2021, akan ada kebutuhan pembayaran utang luar negeri serta musim emiten membagi dividen. Bahkan Ahmad memperkirakan CDS Indonesia cenderung akan naik hingga akhir tahun dari posisi sekarang.

“Salah satu faktor utama yang bisa membuat CDS Indonesia turun adalah adanya capital inflow lewat foreign direct investment (FDI) seiring implementasi omnibus law. Jadi uang yang masuk bukan lagi hot money, tapi cold money lewat FDI ini. Tentu harapannya dengan adanya aliran dolar yang masuk dan tetap di Indonesia, dunia investasi jadi lebih stabil dan berdampak bagus terhadap CDS,” imbuh dia.

Baca Juga: Rupiah bisa tertekan lagi pada Selasa (19/1)

Dengan tren CDS yang masih akan terus naik, Ahmad justru merekomendasikan investor untuk berani lebih agresif. Pasalnya, kenaikan CDS dipicu oleh kenaikan impor yang memang wajar terjadi ketika dalam fase perbaikan ekonomi.

“Bagi yang pegang obligasi bertenor panjang, bisa mulai beralih ke yang durasinya pendek, yakni tiga dan lima tahun. Bisa juga beralih dari dari obligasi ke saham-saham yang prospektif selama pemulihan ekonomi, seperti sektor konsumer. Ataupun emiten yang ekspor oriented karena ada dolar AS di sana, kita expect dolar naik seiring CDS naik,” pungkas Ahmad.

Baca Juga: Menkeu: Ekonomi Indonesia baru rebound di kuartal II-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×