Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Pekan lalu merupakan periode merah bagi sebagian besar komoditas. Penurunan paling tajam terlihat pada harga emas.
Harga emas untuk pengiriman April di Divisi Comex, Nymex, turun 1,59% dalam sehari menjadi US$ 1.609,5 per ons troi. Emas mencapai level terendah dalam enam bulan terakhir. Harga emas sempat anjlok di bawah US$ 1.600 per ons troi pada perdagangan intraday Jumat lalu.
Pada pertemuan G20, Gubernur Federal Reserve, Ben Bernanke menyatakan, ekonomi Amerika Serikat (AS) makin pulih. Pernyataan ini menenggelamkan harga emas karena timbul spekulasi berakhirnya pelonggaran moneter. Jumlah pengangguran mingguan AS turun. Survei dari University of Michigan menunjukkan, tingkat kepercayaan konsumen naik dari 71,3 bulan Januari menjadi 76,3 bulan Februari.
Bloomberg melaporkan, investor miliarder seperti George Soros dan Louis Moore Bacon memangkas kepemilikan di produk exchange-traded fund (ETF) berbasis emas pada kuartal keempat lalu. Investor kaya lain, John Paulson, masih mempertahankan kepemilikan.
Rilis data Eropa justru menunjukkan kontraksi. Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, memburuknya data ekonomi Eropa membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi global belum stabil.
Nizar menambahkan, hasil pertemuan G20 justru meningkatkan kepercayaan pasar terhadap ekonomi dan dollar AS. Indeks dollar AS tercatat 80,58, naik 1,73% sepekan.
Penurunan harga emas diikuti penurunan harga komoditas logam mulia lain. Harga perak turun 1,66%, harga platinum turun 1,94%, dan harga paladium turun 1,42%.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, penurunan harga tiga komoditas ini tidak setajam emas. Bahkan, paladium sempat mencapai harga tertinggi pada Rabu (13/2). "Penurunan harga emas memang menghantam tiga komoditas ini, tapi prospek ekonomi AS yang positif bisa mengerek harga," kata Ariston.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News