Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley meyakini Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang absolut dan relatif berkembang pada tahun 2022. Dalam riset terbaru yang disusun oleh Deyi Tan, Mayank Maheswari, Vivek Rajamani, Daniel K Blake, Selvie Jusman, Divya Gangahar Kothiyal dan Derek Chang, Morgan Stanley menilai pertumbuhan permintaan Indonesia telah meluas dan bergeser dari orientasi ekspor menjadi domestik.
Terdapat tiga alasan ekonomi Indonesia akan bullish dan berkembang pada tahun depan. Pertama, permintaan domestik mulai mengambil peran. Sebab, Morgan Stanley memperkirakan Indonesia akan berhasil memvaksinasi hampir seluruh penduduk dewasanya pada Januari 2022 dan akan mencapai 99% dari total populasi pada Maret tahun depan.
Kedua, Indonesia menawarkan pembatasan nilai inflasi (inflation hedge) di tengah kekhawatiran terjadinya kondisi stagflasi. Ketiga, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan struktural terkuat di kawasan ASEAN. Rasio utang Indonesia juga rendah dan sangat kontras dengan sebagian besar negara di wilayah Asia
Baca Juga: IHSG melemah di awal perdagangan Rabu (10/11), mengikuti pergerakan bursa Asia
Dus, Morgan Stanley berekspektasi adanya kinerja yang lebih baik dari pasar ekuitas tanah air. Hal ini karena pasar saham mendapat manfaat dari melonjaknya harga komoditas ekspor yang lebih kuat.
Selain itu, saat ini pemerintah juga sedang mempercepat agenda reformasi yang menghasilkan investasi asing di sektor komoditas, sektor manufaktur, dan digital. Hal ini menjadikan pasar saham Indonesia relatif lebih murah terutama dibandingkan dengan India, yang secara struktural hampir serupa dengan Indonesia. Morgan Stanley menilai, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian (buy).
Di sektor finansial, pilihan teratas dijatuhkan kepada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI),PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Bank-bank Indonesia memiliki posisi yang baik sebagai pemain makro. Selain itu, saham-saham ini sering dijadikan sebagai proxy untuk Indonesia, mengingat kapitalisasi pasar dan likuiditas yang tinggi.
Baca Juga: Bursa Rabu (10/11) segera dibuka, simak proyeksi dan pilihan saham berikut ini
“Kami juga menyukai PT Bank Jago Tbk (ARTO) karena keunggulannya sebagai penggerak bank digital pertama di Indonesia dan kemitraan strategisnya dengan startup teknologi terbesar di Indonesia,yakni Gojek,” tulis Tim Riset Morgan Stanley dalam riset yang disampaikan kepada Kontan.co.id, Rabu (10/11).
Di sektor barang konsumsi, pilihan teratas jatuh ke saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Kalbe FarmaTbk (KLBF). Koreksi yang terjadi pada saham konsumer pada tahun lalu dinilai dapat mereda dan berbalik arah.
ASII dinilai menjadi emiten yang diuntungkan dengan kenaikan harga minyak sawit (CPO) dan batubara. MAPI dinilai bisa menangkap peluang dari pemulihan aktivitas pusat perbelanjaan. Sementara KLBF dinilai menjadi saham defensif dengan pertumbuhan laba yang yang konsisten dan punya eksposur yang baik ke segmen kesehatan yang saat ini sedang bertumbuh.
Baca Juga: Kurs rupiah melemah pada Rabu (10/11) pagi
Di sektor komoditas, industri, dan material, Morgan Stanley menjadikan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT United Tractors Tbk (UNTR), diikuti oleh PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebagai pilihan teratas.
UNTR diuntungkan dari naiknya kontrak bisnis pertambangan dan permintaan alat berat. PGAS menjadi kunci dari program rencana dekarbonisasi Indonesia. Sementara industri semen dinilai jadi industri yang paling suram mengingat prospek permintaan yang tidak stabil dan kenaikan harga yang terbatas.
Di sektor properti, saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) menjadi top picks. Morgan Stanley melihat sejumlah sentimen seperti regulasi yang kondusif, suku bunga rendah, permintaan pembelian rumah yang stabil, dan stabilitas mata uang akan terus menopang kinerja sektor properti.
Baca Juga: Akhirnya, Yield Seluruh Produk Unitlink Positif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News