Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah melanjutkan tren penguatan terbatas di pekan kedua 2024. Solidnya data ekonomi domestik menahan depresiasi rupiah di tengah kekhawatiran ekonomi global.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengamati, penguatan rupiah pekan ini lebih dipengaruhi faktor eksternal terutama data tenaga kerja AS yang cenderung mixed. Pernyataan – pernyataan Donald Trump turut membuat pasar volatil, jelang pelantikannya pada 20 Januari 2025.
Adapun data tenaga kerja AS seperti Jolts Job Openings yang dirilis Selasa (7/1), naik melampaui estimasi telah menyiratkan ketatnya pasar tenaga kerja Amerika. Namun data Unemployment Rate AS yang bakal rilis akhir pekan ini (10/1) diperkirakan lemah.
Donald Trump yang ingin mencaplok Greenland untuk memperluas wilayah AS juga berdampak pada volatilitas pasar. Cuitan Trump itu telah mendorong indeks dolar (DXY) naik.
Di samping itu, Fikri menyoroti bahwa adanya instabilitas politik dalam negeri Jerman dan Prancis telah melumpuhkan kekuatan zona eropa. DXY nampak semakin kuat karena kekhawatiran politik dan fiskal di kedua negara penopang Uni Eropa tersebut.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.190 Per Dolar AS Hari Ini 10 Januari 2025
Sisi positifnya, data ekonomi domestik sedikit meminimalisir potensi pelemahan dengan rilis cadangan devisa (cadev) mencapai US$155,7 miliar per Desember 2024. Angka cadev tersebut merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang meningkat disertai inflasi terjaga dan PMI Manufaktur cukup positif juga berdampak signifikan pada arus masuk (capital inflow). Solidnya data ekonomi Indonesia menahan potensi pelemahan yang ditimbulkan dolar AS.
‘’Secara keseluruhan, rupiah menahan risiko depresiasi indeks dolar pekan ini dengan data dalam negeri cukup positif,’’ jelas Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (10/1).
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menyebutkan bahwa faktor pergerakan rupiah masih berkutat terkait kekhawatiran investor terhadap kebijakan proteksionisme Trump. Selain itu, nilai tukar rupiah tertekan pernyataan Hawkish dari pejabat The Fed seperti Jerome Powell dalam FOMC Minutes pekan ini.
‘’Angka inflasi yang rendah dari China juga memberikan sentimen negatif pada mata uang regional termasuk rupiah. Dari domestik, kenaikan Cadev ke rekor US$155.7 miliar memberikan dukungan pada rupiah,’’ kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (10/1).
Menurut Lukman, Rupiah berpotensi melanjutkan tekanan di pekan depan seiring rilis data inflasi Amerika diperkirakan lebih tinggi. AS dijadwalkan mempublikasikan data inflasi produsen (PPI) maupun inflasi konsumen (CPI) pada 14 – 15 Januari 2025.
Rupiah akan diuji terlebih dahulu data Non Farm Payroll (NFP) AS yang dirilis nanti malam. Apabila data tenaga kerja AS tersebut melemah sesuai perkiraan, maka rupiah berpotensi rebound alias berbalik menguat di awal pekan.
Kendati demikian, Lukman berujar, potensi penguatan rupiah tidak akan signifikan karena kekhawatiran tarif Trump masih sangat mendukung dolar AS. Investor akan mencermati data inflasi AS, penjualan ritel AS, PDB China dan penjualan ritel China. Dari domestik data perdagangan Indonesia dan Rapat Dewan Gubernur BI akan jadi perhatian.
Baca Juga: Mata Uang Utama Tertekan Dihadapan Dolar AS, Berikut Penyebabnya
Fikri menuturkan, data NFP AS dan Unemployment Rate yang negatif akan membuat rupiah terapresiasi di awal pekan. Selanjutnya, data neraca perdagangan ekspor/impor di tengah pekan diharapkan menahan depresiasi dari dolar yang masih didukung ketidakpastian global.
Aksi Trump juga perlu menjadi perhatian karena bisa membuat kekacauan di pasar keuangan lewat pernyataan dirinya menjelang pelantikan pada 20 Januari mendatang. Namun kehadiran Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, memberikan pasar sedikit ketenangan karena kebijakannya dikenal sangat konservatif.
Fikri dan Lukman kompak memproyeksikan, Rupiah kemungkinan bergerak dalam rentang Rp 16.100 – Rp 16.400 per dolar AS di perdagangan pekan depan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (10/1), Rupiah spot ditutup di level Rp 16.190 per dolar AS, naik tipis 0,04% daripada posisi akhir pekan lalu. Secara harian, rupiah spot menguat 0,17% daripada posisi di hari sebelumnya di Rp 16.217 per dolar AS.
Sedangkan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.194 per dolar AS. Rupiah Jisdor terpantau naik 0,14% secara mingguan dan berhasil naik 0,27% secara harian.
Di pekan perdana 2024, Rupiah spot terpantau menguat terbatas 0,23% dalam sepekan. Sementara itu, rupiah Jisdor BI tercatat naik 0,21% secara mingguan.
Selanjutnya: Dapat PMN Rp 1,5 Triliun, Pelni Tambah 3 Kapal Baru
Menarik Dibaca: Promo JSM Hypermart Periode 10-13 Januari 2025, Anggur Hijau Diskon Rp 17.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News