Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pihak memprediksi terjadinya resesi global, yang ditaksir mulai terjadi pada tahun 2023. Kondisi ini tak lepas dari lonjakan suku bunga acuan oleh bank sentral di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris, yang bertujuan untuk menurunkan inflasi.
Di dalam negeri, inflasi Indonesia pada bulan September 2022 kembali naik ke level 5,95% secara tahunan. Ajaib Sekuritas menyarankan pelaku pasar mempersiapkan strategi untuk meminimalisasi dampak dari kemungkinan resesi ekonomi.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Yazid Muamar membeberkan lima langkah sebagai tips untuk mengatur investasi agar siap menghadapi resesi ekonomi dunia. Pertama, disiplin dalam perencanaan keuangan.
Baca Juga: Hanya Reksadana Pasar Uang yang Naik di Bulan September
Yazid menyarankan untuk membuat perencanaan keuangan dengan rumus 10-20-30-40. Sekitar 10% pendapatan digunakan untuk hal-hal yang sifatnya kebaikan, seperti berbakti ke orang tua, donasi ke tempat ibadah atau panti maupun memberikan kepada orang yang membutuhkan. Sekitar 20% pendapatan untuk investasi, asuransi maupun dana darurat yang sifatnya likuid, maksimal 30% untuk membayar utang yang sifatnya cicilan produktif (misal rumah atau kendaraan), dan 40% untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pastikan 20% dari dana yang digunakan untuk investasi dialokasikan sebagai dana darurat pada instrumen yang sangat likuid dan disiplin mempersiapkannya.
"Semakin besar proporsinya maka akan semakin siap dalam memenuhi kebutuhan di tengah kondisi resesi ekonomi," kata Yazid dalam keterangan yang disiarkan Selasa (4/10).
Kedua, kurangi pos pengeluaran yang tidak diperlukan. Yazid menyarankan untuk mulai mengurangi dan tidak menambah beban-beban pengeluaran seperti utang.
"Jika memungkinkan maka segera lunasi atau jika dirasa masih sangat berat maka segera negosiasikan ajukan ke lembaga jasa keuangannya untuk restrukturisasi," imbuh Yazid.
Baca Juga: Tips Investasi di Kala Resesi Ekonomi, Bisa Pilih Aset Ini
Ketiga, atur kembali portofolio investasi. Jika kondisi pasar global sudah mulai menurun maka segera atur ulang portofolio investasi ke dalam bentuk yang lebih aman seperti saham dengan fundamental yang kuat dan reksa dana pasar uang.
Keempat, tidak panik. "Hiduplah dengan sewajarnya dan tidak perlu panik. Tetap lakukan konsumsi seperti biasa karena hal tersebut bisa membantu ekonomi nasional kita tetap tumbuh," ujar Yazid.
Kelima, cermat melihat peluang. Cermati perkembangan kondisi ekonomi terbaru dan mulai memanfaatkan peluang di sekitar yang dapat bernilai ekonomi. Para investor pun mesti mengetahui instrumen apa saja yang aman dalam berinvestasi pada masa resesi ini.
Baca Juga: Tips Investasi Saham Sendy Filemon: Kalkulasi Matang Sebelum Investasi
Dalam hal ini, Yazid menyoroti instrumen saham dan reksadana. Menurut Yazid, saham bisa menjadi tetap menarik meski keadaan resesi jika pemilihan saham dilakukan secara tepat.
Saran Yazid, pilihlah emiten dengan fundamental yang kuat. Perhatikan laporan keuangannya, terutama pos laba rugi dan kewajiban jangka panjang perusahaan.
"Lalu pilihlah sektor yang tidak terkena dampak langsung covid-19. Seperti saham-saham tahan banting yaitu emiten mie instan, telekomunikasi, dan lain sebagainya," ujar Yazid.
Baca Juga: IHSG Rekor, Tunggu Koreksi Saat Masuk Reksadana Indeks
Mengenai reksadana, Yazid mengingatkan terkait instrumen investasi dan risikonya. Pertama, reksadana pasar uang yang memiliki risiko minim dan cocok untuk investasi di bawah 1 tahun.
Kedua, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi yang cocok untuk investasi 1-3 tahun. Ketiga, reksa dana campuran cocok diinvestasikan untuk 3-5 tahun dan memiliki risiko sedang.
"Lalu, ada reksadana saham yang sesuai untuk investasi jangka panjang atau di atas lima tahun jika ingin mengambil risiko lebih," tandas Yazid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News