kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi China terkikis, harga gas alam menipis


Jumat, 24 Juli 2015 / 18:59 WIB
Ekonomi China terkikis, harga gas alam menipis


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan, Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga gas alam kembali melanjutkan penurunan. Penguatan mata uang negeri Paman Sam serta rilis data manufaktur China yang kurang mengilap menjadi faktor yang menekan harga.

Mengutip Bloomberg, Jumat (24/7) pukul 13.48 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange tergerus 0,24% menjadi US$ 2,81 per mmbtu ketimbang penutupan akhir pekan lalu. Sepekan, harga gas alam merosot 2,22%. Dibandingkan akhir tahun 2014, harga sudah meluncur 6,67%.

Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menjelaskan, penurunan harga gas alam disebabkan oleh dua faktor.

Pertama, menguatnya dollar Amerika Serikat (AS), hingga Jumat (24/7) index USD naik 0,40% ke level 97,50. Ini didukung oleh rilis data klaim pengangguran alias Unemployment Claims per 18 Juli 2015 yang tercatat 255.000 orang, lebih baik ketimbang posisi pekan sebelumnya di 281.000 orang.

Alhasil, permintaan gas alam pun tergelincir karena komoditas ini diperdagangkan dalam dollar AS yang sedang mahal.

Kedua, rilis data manufaktur China yakni Markit Flash Manufacturing PMI per Juli 2015 yang tercatat 48,2. Angka tersebut lebih buruk ketimbang posisi bulan sebelumnya di 49,4. “Selain itu juga di bawah level 50. Hal ini mengindikasikan ada kontraksi, mengindikasikan bahwa China masuk fase krisis” tuturnya. Sebagai konsumen komoditas terbesar di dunia, melambatnya perekonomian China turut berimbas pada harga-harga komoditas, termasuk gas alam.

Memang, lanjut Ibrahim, dari data LCI Energy Insight menunjukkan, pengiriman gas alam untuk produsen listrik melonjak 36,3 miliar kaki kubik per 20 Juli 2015, level tertinggi sejak 18 Juli 2013. Peningkatan kebutuhan gas alam di AS terjadi akibat kenaikan temperatur udara. Menurut ramalan AccuWeather Inc., suhu udara di Houston pada 25 Juli 2015 akan mencapai 100 derajat Fahrenheit (38°C), lebih tinggi 7 derajat Fahrenheit di atas normal. Keadaan tersebut akan berlangsung selama dua hari mendatang.

Namun, hal tersebut kurang mampu menopang harga gas alam. Sebab, berdasarkan data Energy Information Administration, cadangan gas alam AS per 17 Juli 2015 naik 61 miliar kaki kubik menjadi 2,828 triliun.

Di saat yang sama, produksi gas juga mencatat rekor baru, melambung 5,7% menjadi 78,97 miliar kaki kubik setiap harinya. Peningkatan produksi tersebut berasal dari sumur-sumur baru yang beroperasi seperti di Marcellus Shale bagian timur.

Hingga akhir tahun 2015, Ibrahim menilai, harga gas alam dapat menyentuh level US$ 2,00 per mmbtu. Memang, menjelang musim dingin, umumnya kebutuhan gas alam di negara-negara empat musim melonjak.

Namun, di penghujung tahun 2015, AS berencana mengerek suku bunga acuannya. Harga gas alam akan kembali tertekan. Apalagi melambatnya perekonomian dunia semakin mengaburkan masa depan harga gas alam. Beberapa saat lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari semula 3,5% menjadi 3,3%. Begitu pula dengan Bank Dunia (World Bank) yang memperbaiki ramalan pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,4% menjadi 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×