Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit pada kuartal-I-2019 cukup tertekan. Mengingat pada tiga bulan kebelakang ekonomi China sedang melemah, produksi CPO meningkat, serta negara bagian Barat sedang memasuki musim dingin. Ini tentunya membuat perdagangan CPO jadi terkoreksi.
Mengakhiri kuartal I-2019 harga CPO kontrak pengiriman Juni 2019 di Malaysia Derivative Exchange melemah 3,96% di level RM 2.106 per metrik ton pada Jumat (29/3).
Pertumbuhan ekonomi China diprediksi melamban di tahun ini. Bulan lalu, Perdana Menteri China Li Keqiang dalam laporan sesi rapat tahunan Kongres Nasional China memperkirakan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 6%-6,5% di 2019. Angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang berada di level 6,6%, bahkan akan jadi yang terendah selama 28 tahun ke belakang.
Pasalnya China adalah negara importir terbesar komoditas ini. Maka wajar ketika ekonomi negara Tirai Bambu melempem impor minyak sawit jadi tergerus.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan CPO adalah komoditi multifungsi yang bisa dijadikan apapun. Jika harganya murah, maka sejumlah negara minat menggunakan CPO.
Di sisi lain, persediaan minyak sawit di Malaysia, produsen dan eksportir terbesar kedua di dunia, naik 1,3% menjadi 3,05 juta ton pada Januari dan Februari sehingga minyak nabati ini kelebihan stock dan membuat harga terkoreksi.
Intertek Testing Services (ITS) mengatakan pengiriman minyak sawit Malaysia pada Maret meningkat 22,4% dibanding bulan sebelumnya. Senada, AmSpec Agri Malaysia juga mengumumkan peningkatan ekspor minyak sawit sebesar 22,9% pada bulan Maret.
Menyusul setelahnya, surveyor Societe Generale de Surveillance (SGS) juga melihat adanya kenaikan ekspor minyak sawit sebesar 28,1%
“Masalah pasokan terkait produksi melimpah tidak ada elnino,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (5/4). Nah, pada kuartal-I pasalnya negara bagian barat memasuki musim dingin sehingga lalu lintas perdagangan CPO jadi terhambat.
Namun, harga CPO diramal akan sedikit menghangat dalam tiga bulan ke depan seiring masuknya musim semi. Kata Wahyu, mendekati ramadan dan Idul Fitri permintaan CPO akan meningkat. Mengingat tingginya kebutuhan bahan masakan yang menggunakan CPO. “Mulai naik mendekati akhir April sampai dengan awal Mei,” tutur Wahyu.
Selain itu, produksi minyak sawit dari Malaysia masih menurun sedangkan permintaan akan naik jika perekonomian global kembali sehat. Sehingga kemungkinan akan memicu harga CPO.
Akan tetapi, ia memprediksi harga CPO belum sepenuhnya akan pulih pada tiga bulan ke depan. Sebab, situasi geopolitik seperti perdang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta Brexit masih mengambang. Meski sudah ada rencanan penyelesaian tak menuntut kemungkinan kedua sentimen tersebut bisa kembali molor. Sehingga ekonomi global terseret begitu pula China sebagai konsumen CPO.
Wahyu memprediksi harga CPO pada kuartal-II akan mendapat support rebound terdekat di level RM 2.000 per metrik ton. Adapun rata-rata harganya diramal berada di kisaran RM 2.100 per metrik ton dengan berkutat di kisaran harga RM 1.900-RM 2.300 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News