Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID –JAKARTA. Rupiah mampu menguat dikala ekonomi Amerika Serikat (AS) terkontraksi. Mengutip Bloomberg, Senin (3/6), rupiah ditutup pada posisi Rp 16.230 per dolar AS atau menguat sekitar 0,14% dari posisi akhir pekan lalu.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, rupiah hari ini terapresiasi akibat dampak dari data manufaktur AS dan Price Consumption Expenditure (PCE) deflator yang cenderung melemah pada Jumat (31/5) lalu. Adapun PCE inti AS dirilis pada 0,2% bulan ke bulan (MoM) di bulan April, bukan 0,3% seperti yang diperkirakan.
“Data AS yang melemah tersebut kemudian meningkatkan probabilitas The Fed untuk memotong suku bunganya di tahun 2024 ini,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat Tipis ke Rp 16.251 Per Dolar AS, Senin (3/6)
Josua menjelaskan bahwa rupiah cenderung terdepresiasi pada perdagangan pekan lalu karena disebabkan berbagai faktor. Faktor dominan berasal dari dampak rilis notulensi The Fed yang mengafirmasi keraguan dari pejabat bank sentral AS tersebut untuk segera menurunkan suku bunga.
Depresiasi pun berlanjut akibat berbagai pernyataan dari pejabat The Fed di sepanjang pekan, yang merefleksikan bahwa sebagian dari mereka sepakat untuk lebih berhati-hati sebelum memutuskan memotong suku bunganya.
Oleh karena itu, Josua memperkirakan, rupiah masih akan bergantung pada sentimen global dalam waktu dekat, terutama Eropa dan Amerika Serikat. Pergerakan rupiah diperkirakan masih akan berkisar dalam rentang harga Rp 16.150 - Rp 16.300 per dolar AS di perdagangan Selasa (4/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News