Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat berjaya dalam beberapa hari lalu, mata uang rupiah harus merunduk terhadap dollar Amerika Serikat akhir pekan ini. Ekonom mencatat bahwa pelemahan hanya sekedar teknikal saja.
Melansir data dari Bloomberg pada penutupan perdagangan, rupiah terpantau melemah sebesar 0,16% atau sebesar 22,5 poin di level Rp 14.162 per dollar AS. Sementara menurut versi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah juga tercatat melemah sebesar 0,39% di level Rp 14. 157 per dollar AS. Sebelumnya posisi rupiah berdasarkan versi JISDOR berada di level Rp 14.102 per dollar AS.
Chief Economist Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan pelemahan mata uang rupiah hanya koreksi teknikal saja. Sebab, selama tiga hari berturut-turut rupiah cukup menguat karena pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga. Nada dovish tersebut cukup membuat rupiah bisa berjaya terhadap dollar AS.
"Jadi hal yang wajar kalau rupiah melemah akhir pekan. Pelemahan hanya koreksi teknikal. Serta kalau dalam seminggu ada penguatan, rupiah memang cenderung melamah pada akhir pekan," ujar Lana kepada Kontan.co.id, Minggu (24/3).
Disamping itu, Lana menyebut turunnya nilai tukar rupiah juga disebabkan pembelian dollar yang lebih besar menjelang akhir pekan atau weekend. "Biasanya pasar akan beli dollar yang banyak akhir pekan, karena ada yang ingin berlibur ataupun disimpan," kata Lana lagi.
Faktor eksternal lain yang bisa mempengaruhi pergerakan rupiah kata Lana adalah ketidakpastian negosiasi perang dagang. Dia mengatakan bahwa hasil negosiasi berpengaruh besar terhadap rupiah. Proses negosiasi pun jadi perhatian besar pelaku pasar. Hanya saja, pandangan Lana, pasar masih merespon positif hingga kesepakatan terjadi.
Nah, dari sisi internal, data neraca perdagangan yang surplus. Sekedar informasi saja, neraca perdagangan Februari 2019 kembali surplus, setelah pada bulan sebelumnya neraca perdagangan mengalami defisit sebesar US$ 1,1 miliar. Pada Februari 2019, nilai ekspor lebih besar dari nilai impor sehingga menghasilkan surplus sebesar US$ 329,5 juta.
"Neraca perdagangan yang surplus cukup mendukung penguatan rupiah. Ditambah kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga tingkat suku bunga 6% juga mampu menjaga rupiah tetap stabil sampai sekarang," tambahnya.
Untuk besok, Senin (25/3), Lana memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.150-Rp 14.162 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News