Reporter: Rizki Caturini, Wuwun Nafsiah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Akhirnya Standard and Poor's (S&P) meningkatkan peringkat kredit Indonesia menjadi layak investasi alias investment grade. S&P mengekor Moody's Investors Service dan Fitch Ratings yang sudah lebih dulu menyematkan status layak investasi kepada Indonesia.
Surat utang bertenor panjang naik jadi BBB- dari BB+. Peringkat itu masih dalam lower medium grade namun sudah termasuk dalam kelompok surat utang yang layak investasi. Peringkat surat utang jangka pendek juga naik dari B menjadi A-3. Lembaga pemeringkat ini juga menyematkan prospek stabil untuk utang Indonesia.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata berpendapat, faktor utama dari keputusan S&P adalah kebijakan fiskal Indonesia yang kredibel dengan defisit anggaran yg dapat dikelola di bawah 3% terhadap produk domestik bruto (PDB). Selain itu current account deficit Indonesia membaik ke level yang lebih sehat.
Rasio utang luar negeri/GDP yang manageable, foreign reserve yang meningkat dan pertumbuhan yang kuat di tengah negara-negara maju berjuang memacu pertumbuhan ekonominya menjadi beberapa poin yang disadari S&P untuk memutuskan menyematkan surat utang Indonesia masuk layak investasi.
Dengan rating upgrade ini, diharapkan investasi akan semakin meningkat lagi baik di investasi portofolio dan foreign direct investment (FDI). Untuk jangka panjang, investasi diharapkan menjadi pendorong utama ekonomi Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih berkesinambungan.
Dampak langsung dari S&P upgrade ini adalah indikator persepsi pasar terhadap risiko default Indonesia atawa credit default swap (CDS) 5 tahun indonesia turun menjadi 125bps. Yield benchmark SUN juga relatif turun setelah pengumuman S&P ini.
Khususnya investasi portofolio, perluasan investor asing khususnya pension fund Jepang diharapkan akan menarik dan masuk ke pasar keuangan termasuk pasar obligasi Indonesia.
Memang dari sisi eksternal, masih ada ancaman bagi rupiah, yakni prospek kenaikan suku bunga The Fed. Tetapi kondisi politik di Amerika Serikat (AS) juga masih belum jelas sehingga mengancam stabilitas ekonomi dan turut mempengaruhi prospek kenaikan suku bunga. Dengan demikian, masih ada ancaman pelemahan nilai tukar dollar AS.
Adapun rupiah diperkirakan akan berada di rentang 13.200-13.350 per dollar AS dalam jangka pendek. Lalu hingga akhir tahun, pergerakan rupiah di kisaran Rp 13.300 - Rp 13.450 per dollar AS. Sementara yield SUN 10 tahun diperkirakan sekitar 6,75%-7,25% dalam jangka pendek.
Di pasar spot, Jumat (19/5) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat 0,23% ke level Rp 13.325 dibanding sehari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News