Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja emiten batubara sepanjang kuartal I terlihat masih berat. Tapi, beberapa emiten mulai menunjukkan perbaikan kinerja, setelah banyak tergerus karena merosotnya harga batubara tahun lalu.
Sebagian besar emiten batubara menahan ekspansi. Sebagai gantinya, emiten menggenjot efisiensi. Misalnya saja PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Emiten ini mencetak kenaikan laba bersih meski pendapatannya menurun.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, perseroan membukukan laba bersih senilai US$ 61 juta, atau naik 3%. Di sisi lain, pendapatan usaha ADRO turun 17,51% menjadi US$ 586 juta karena penurunan harga jual rata-rata.
Harga jual rata-rata ADRO 17% lebih rendah daripada periode sama tahun lalu. Namun, volume penjualan masih stabil, yaitu 13,5 juta ton. Tahun ini, ADRO menargetkan produksi batubara sebesar 52-54 juta ton.
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) mencetak pertumbuhan penjualan 8,16% menjadi Rp 3,54 triliun. Tapi, laba bersih PTBA turun tipis 2,2%. Pada kuartal I 2016, PTBA menjual 5,23 juta ton batubara atau naik 14% jika dibandingkan penjualan di periode yang sama tahun lalu.
Jumlah itu terdiri dari penjualan domestik 2,91 juta ton atau 56% dari total penjualan. Sisanya 2,32 juta ton merupakan ekspor.
PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga mencetak kenaikan pendapatan dari US$ 122,17 juta menjadi US$ 126,8 juta. DOID yang merugi US$ 10,43 juta kuartal pertama tahun lalu, mencetak laba bersih US$ 3,06 juta.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) masih mencetak penurunan pendapatan 18% menjadi US$ 331,1 juta. Laba bersih ITMG pun turun.
Yudha Gautama, Analis Mandiri Sekuritas, mengatakan, beberapa emiten batubara mencatatkan kinerja di atas ekspektasi. Misalnya saja, margin laba ITMG masih lebih baik dari perkiraan. Secara kuartalan, margin ITMG masih meningkat.
Hal ini karena pengurangan biaya produksi yang lebih baik dari perkiraan. Beban penjualan juga menurun 26% menjadi US$ 26 juta.
Yudha juga menilai, meski rata-rata harga jual batubara ADRO lebih rendah, margin kotor ADRO masih bisa meningkat, karena ada pengurangan beban tunai. Efisiensi pertambangan dan rendahnya biaya bahan bakar juga menyelamatkan margin ADRO.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, emiten batubara mulai menuai manfaat dari efisiensi sepanjang tahun lalu. Ia menilai, harga minyak cenderung akan lebih tinggi dari tahun lalu, sehingga harga batubara pun bisa lebih bagus dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut dia, emiten yang posisi kas masih stabil dan utang rendah, akan menuai margin lebih baik. Dari beberapa emiten batubara yang mulai mengalami perbaikan kinerja, ia lebih menyukai PTBA dan ADRO.
Menurutnya, meski laba PTBA masih menurun, akan ada perbaikan pada tahun ini karena perusahaan tersebut masih fokus pada penjualan di dalam negeri. Sementara ADRO menjadi menarik, karena sebagian batubaranya digunakan produksi listrik sendiri, sehingga prospek dalam jangka menengah dan panjang menjanjikan.
Hans merekomendasikan buy untuk PTBA dan ADRO dengan target harga masing-masing Rp 7.966 dan Rp 843. Lalu rekomendasi wait and see ITMG dengan target Rp 8.309 per saham. Sementara Yudha merekomendasikan netral untuk ADRO dengan target harga Rp 690.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News