Reporter: Raka Mahesa W, Harry Febrian, Albertus M. Prestianta, Sandy Baskoro | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Imbas aturan kenaikan uang muka (DP) kredit perumahan dan kredit kendaraan bermotor ikut menerpa pasar modal. Tapi kebijakan itu diyakini hanya berefek sementara ke kinerja dan harga saham sejumlah emiten.
Harga saham sebagian emiten otomotif, multifinance, properti dan perbankan, menyusut dalam dua hari terakhir. Ambil contoh, harga PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) yang anjlok 6,67% selama dua hari. Sedang harga saham PT Astra International Tbk (ASII) melemah 1,62% di periode sama.
Tapi ada pula saham yang harganya justru menanjak, seperti PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF). Pada Senin (19/3) lalu, harga saham perusahaan pembiayaan ini memang melemah 1,24% menjadi Rp 11.950 per saham. Tapi kemarin, harga ADMF naik 2,51% menjadi Rp 12.250 per saham. Harga saham
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) meningkat 1,27% dalam dua hari terakhir.
Para analis sepakat penerapan aturan DP atas kredit perumahan dan kredit kendaraan bermotor hanya berdampak sementara ke industri turunannya, seperti perbankan, otomotif, multifinance dan properti. Misalnya, "Pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor tahun ini berpotensi melambat, khususnya untuk roda dua," ujar Kepala Riset Henan Putihrai Securities, Felix Sindhunata.
Analis Askap Futures, Kiswoyo Adi Joe, berpendapat aturan kenaikan DP kredit kendaraan tak berdampak signifikan ke kinerja ASII. Sebab, "ASII memiliki bisnis lain di luar otomotif," ujar dia.
Namun, menurut dia, investor dalam jangka pendek sebaiknya menjauhi dulu saham sektor otomotif, terutama yang bergerak di bisnis pembiayaan dan diler kendaraan.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, berpendapat, sejatinya tidak mudah memprediksi korelasi antara kebijakan uang muka kredit dan pergerakan saham emiten. Ada saham yang bergerak berdasarkan fundamental emiten, ada pula saham gorengan, yang bergerak mengacu ke rumor dan spekulasi. "Seperti saham-saham sektor properti, biasanya memang lebih bersifat gorengan," ujar Satrio.
Akibat langsung atas kinerja emiten juga baru akan terlihat dalam tiga sampai enam bulan sejak aturan kenaikan DP kredit perumahan dan kredit kendaraan diberlakukan.
Di sektor properti dan perbankan, efek negatif dari kebijakan tersebut juga tidak berlangsung lama. Aturan tersebut malah bisa meningkatkan kualitas kredit.
Alasan lain, konsumen properti cepat atau lambat akan menyesuaikan diri dengan kebijakan itu. Rumah termasuk ke dalam kelompok kebutuhan utama manusia. "Permintaan rumah akan tetap tinggi," ujar Felix.
Kinerja saham-saham di sektor terkait masih cukup kuat, kecuali ASII, yang secara teknikal bergerak turun. Dalam jangka pendek, ASII menguji support di kisaran
Rp 67.000-Rp 68.000. "Saham bank juga kuat dan belum ada yang tutup di bawah support-nya," ungkap Satrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News