kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Efek ganda penurunan bunga


Sabtu, 21 Februari 2015 / 09:35 WIB
Efek ganda penurunan bunga
ILUSTRASI. Promo 9.9 McD x BCA edisi 1 hari, menyediakan paket Pay 1 For 2 menu Panas 1


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate memberikan efek ganda. Akhir pekan ini (20/2), Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat rekor baru di 5.400,1.

Di sisi lain, otot rupiah kian menggelambir. Kurs tengah BI memperlihatkan, rupiah versus dollar Amerika Serikat (AS) berada di posisi terlemah sejak awal tahun di Rp 12.849.

Pemodal asing terus melakukan pembelian saham di pasar modal Indonesia. Pada penutupan pekan ini, net buy asing tercatat Rp 886,1 miliar. Lalu sejak awal tahun, net buy asing sebesar Rp 7,44 triliun.

Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkapkan, kenaikan IHSG menyambut penurunan BI rate 25 basis poin menjadi 7,5%. Sektor yang menguat adalah perbankan, properti, dan otomotif. Maklum, sektor-sektor tersebut sensitif terhadap suku bunga.

Penurunan BI rate juga bisa mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan yang tahun lalu tumbuh sekitar 11%. “Penurunan BI rate ke IHSG berdampak bagus. Kita tinggal menunggu perekonomian yang juga akan bagus karena ini,” ucap Hans.

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menambahkan, BI lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi dibandingkan penguatan rupiah. Sehingga ke depan, ekonomi Indonesia mampu tumbuh tinggi.

Di sisi lain, analis Millenium Penata Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena sentimen negatif di pasar keuangan akibat pemangkasan suku bunga. Walaupun dalam jangka panjang, dampaknya positif bagi ekonomi Indonesia. Pemangkasan suku bunga akan diikuti turunnya suku bunga pinjaman.

Daya beli masyarakat juga meningkat dan inflasi turun. “Tujuan utamanya untuk mengendalikan inflasi ke level 4% yang saat ini di level 6,9%,” jelas Suluh.

Tapi ia mengakui, keadaan seperti ini memicu pelaku pasar melepaskan rupiah dan beralih ke aset berisiko seperti saham. Efek berlanjut David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA), mengatakan, dana asing di portofolio cukup stabil.

Data net sell asing di pasar obligasi kemarin sempat menyentuh Rp 366 miliar. Sedangkan sebelum BI rate dipangkas Selasa (17/2), nett sell Rp 164 miliar. Ini masih lebih baik dibandingkan dengan kuartal IV-2014. “Investor juga takut terhadap potensi pelemahan rupiah lebih dalam lagi. Jadi mereka ambil posisi tahan dan beralih ke saham atau dollar AS,” kata David.

David dan Suluh menduga pelemahan rupiah bisa berlanjut hingga akhir semester satu. “Dengan asumsi The Fed menaikkan suku bunga,” tambah David.

Pada Maret mendatang, The Fed akan menggelar rapat lagi. Ini bisa memberi sinyal waktu kenaikan suku bunga AS. Dugaan David rupiah di semester satu akan bergulir di Rp 12.600–Rp 13.000 per dollar AS.

Satrio memperkirakan, IHSG masih akan menguat. Apalagi, musim laporan keuangan emiten akan segera tiba.

Namun Kepala Riset HD Capital Yuganur Wijanarko mengingatkan, apabila rupiah terhadap dollar AS menjebol level Rp 12.900 dan bergerak sekitar Rp 13.100, IHSG juga akan tertekan.

Ia menduga, IHSG pekan depan akan terkoreksi di 5.375-5.330. Pada akhir tahun, Satrio memprediksi, IHSG akan berada di 6.100-6.350. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×