kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dukungan induk jadi alasan investor pilih MI asing


Kamis, 04 April 2013 / 07:42 WIB
Dukungan induk jadi alasan investor pilih MI asing


Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Manajer investasi (MI) asing menguasai pangsa pasar reksadana di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih mempercayakan investasinya dikelola MI asing.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, 16 MI asing menguasai 59% dana kelolaan di Indonesia. Nilainya sebesar Rp 111,73 triliun.

Presiden Direktur First State Investment Indonesia, Hario Soeprobo mengatakan, keunggulan MI asing dibanding MI lokal terletak pada networking. Sebagai MI yang berbasis di Australia, First State mengaku memiliki basis data dan informasi global. Dengan pengetahuan global yang lebih cepat, sangat menguntungkan bagi MI untuk mengantisipasi situasi yang terjadi.

Keunggulan lain adalah penyebaran kantor cabang yang dapat menjangkau nasabah. "Kami memiliki kantor di mana-mana. Selain itu, nama sudah terkenal," ujar Hario.

Dikatakan Hario, sebelum krisis tahun 2008, sudah banyak orang Indonesia yang menyimpan uang di Singapura. Saat kembali ke Indonesia, mereka terbiasa dengan nama First State di Singapura.

Selain tingkat kepercayaan masyarakat, daya pikat MI asing juga terdapat pada sumber daya manusia. Dana kelolaan First State sendiri saat ini mencapai Rp 5 triliun.

Presiden Direktur PT Schroders Investment Management Indonesia, Michael T Tjoajadi bilang, back up perusahaan internasional juga menjadi poin utama yang dijadikan pertimbangan investor untuk mempercayakan pengelolaan dananya.

Saat ini, posisi dana kelolaan Schroders mencapai Rp 56 triliun. Dari dana kelolaan, Schroders merupakan MI terbesar di Indonesia.

Presiden Direktur PT Eastspring Investments Indonesia, Riki Frindos menilai, jatuhnya pilihan masyarakat pada perusahaan joint venture tidak hanya terjadi di industri reksadana daja. Perusahaan asuransi joint venture dan perusahaan sekuritas juga memiliki pangsa pasar yang cukup besar dari total transaksi bursa.

Ia bilang, saat ini, sekitar 60% pangsa pasar reksadana dikuasai beberapa perusahaan joint venture. Tapi, kondisi tersebut merupakan hal yang wajar karena industri MI dan reksadana di Indonesia baru berkembang.

Kata Riki, perusahaan MI yang menjadi bagian institusi keuangan global, memiliki kelebihan dalam hal sistem, proses, corporate governance, serta knowledge dan skill transfer yang diperoleh dari perusahaan induk. "Selain itu juga memiliki afiliasi di negara yang lebih berkembang industri MI-nya," jelas Riki.

Eastspring sendiri enggan menyebutkan posisi dana kelolaan mereka saat ini. Riki beralasan, Eastspring masih pendatang baru di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×