Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia alias BI rate mengerem laju penguatan rupiah terhadap dollar AS. Meski demikian, sentimen eksternal masih akan menguntungkan mata uang Garuda hingga akhir pekan ini.
Kamis (18/2), di pasar spot, rupiah terhadap dollar AS menguat tipis 0,03% ke level Rp 13.503 per dollar AS. Sementara, kurs tengah BI mencatat, rupiah menguat 0,18% ke posisi Rp 13.479 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sebelum pengumuman BI rate, rupiah melesat. Tapi, laju penguatan tersendat setelah BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin jadi 7%.
"Namun, rupiah cukup diuntungkan lantaran posisi dollar juga dalam tekanan. Pamornya meredup lantaran spekulasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada Maret mendatang," paparnya.
Menurut Josua, efek negatif pemangkasan suku bunga hanya bersifat jangka pendek. Ia optimistis, kebijakan tersebut justru akan berdampak positif bagi ekonomi Indonesia. Ini akan positif bagi rupiah.
Analis PT Esandar Arthamas Berjangka Tonny Mariano menyebut, penurunan suku bunga BI dapat mendorong suku bunga kredit turun dan membantu pelaku usaha. Dengan begitu, efek jangka panjang akan positif bagi rupiah.
Selain itu, suku bunga yang lebih rendah memberi efek positif pada pasar saham. "Sehingga kenaikan bursa saham berpotensi mengangkat rupiah, akhir pekan ini," ujarnya.
Di sisi lain, sentimen dari eksternal diperkirakan bakal menguntungkan rupiah. Paman Sam akan merilis data klaim pengangguran yang diprediksi lebih besar.
Maka Tonny memprediksi, Jumat (19/2), rupiah bisa menguat ke rentang Rp 13.450-Rp 13.550 per dollar AS. Josua juga melihat peluang penguatan rupiah pada kisaran Rp 13.400-Rp 13.600 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News