Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Harga nikel melemah setelah mencatat kenaikan terbesar lebih dari dua minggu. Investor masih menanti sinyal kenaikan permintaan dari China.
Mengutip Bloomberg, Selasa (16/8) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,9% ke level US$ 10.415 per metrik ton pada pukul 10.05 waktu Shanghai. Awal pekan ini harga nikel melonjak 2% dalam sehari lantaran UBS Group AG menyatakan dampak penutupan tambang bijih nikel di Filipina masih akan terasa pada masa mendatang.
Permintaan nikel biasanya naik pada saat ini lantaran produsen China meningkatkan pembelian sebelum mempercepat produksi pada awal musim gugur. Pada bulan Juli, data produksi industri, penjualan ritel serta investasi aset tetap di China terlihat melambat. Hal tersebut memicu kekhawatiran tentang kuatnya outlook ekonomi China sebagai pengguna nikel terbesar.
"Investor memantau dengan cermat permintaan musim gugur," ujar Jia Zheng, seorang trader di Soochow Futures Co., Shanghai, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (16/8).
"Sejauh ini kami belum melihat tanda-tanda kenaikan pada pesanan pabrik," imbuhnya. Konsensus umum di kalangan investor China juga menunjukkan bahwa perlambatan pasar properti pada semester kedua juga akan memberi efek negatif pada nikel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News