kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Dua hal yang buat BTEL makin terpuruk


Jumat, 20 Desember 2013 / 18:20 WIB
Dua hal yang buat BTEL makin terpuruk
ILUSTRASI. PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) telah mengalokasikan belanja modal atawa capex sebesar Rp 500 miliar di tahun ini


Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Kinerja PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) terus terpuruk dalam beberapa tahun ke belakang. Utang perseroan memang menggunung hingga Rp 9,35 triliun per 30 September 2013.

Selain utang yang besar, terdapat dua hal yang membuat kinerja perseroan terus menurun, yakni penurunan industri telekomunikasi berbasis CDMA (code division multiple access) dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Penurunan industri telekomunikasi CDMA terlihat dari ingin digabungnya Flexi ke Telkomsel. Sedangkan untuk BTEL, Penurunan terasa dengan semakin sedikitnya pengguna jaringan tersebut.

Jastiro Abi, Direktur Utama BTEL menyampaikan jumlah pelanggannya terus berkurang sejak tahun 2011. Di tahun tersebut jumlah pelanggan BTEL sebanyak 14,6 juta yang kemudian berkurang menjadi 11,6 juta pelanggan di tahun 2012. Posisi kuartal III 2013, jumlah pelanggan BTEL sebanyak 11,44 juta.

"Sekarang bisnis teks dan suara bergeser ke layanan data. Sedangkan layanan data butuh investasi yang besar karena traffic yang tinggi," ujar Abi, Jumat (20/12).

Hal kedua yang memperburuk kinerja BTEL adalah depresiasi rupiah. Itu membuat utang BTEL menggunung karena sebagian besar utang perseroan dalam dollar Amerika Serikat.

Tengok saja laporan keuangan perseroan per 30 September, dari rugi bersih sebesar Rp 1,52 triliun. Dari jumlah tersebut rugi selisih kurs sebesar Rp 1,3 triliun. "Dulu saat kami ambil utang kurs USD Rp 9.200. Jadi pelemahan rupiah memang di luar kontrol kami," ujar Abi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×