Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Keberhasilan Bitcoin menembus level US$100.000 atau sekitar Rp1,6 miliar di akhir tahun lalu telah membuka jalan bagi sentimen yang lebih terukur di awal Januari 2025.
Bitcoin sempat beberapa kali bermain di level US$90.000, bahkan sempat turun ke angka US$89.000. Namun, harga berbalik menguat (rebound), bahkan ke level tertinggi di kisaran US$109.000 di pertengahan Januari.
Lonjakan harga Bitcoin sejalan dengan antisipasi dimulainya pemerintahan Donald Trump. Semua mata tertuju pada inagurasi Donald Trump dan potensi efek domino dari Presiden yang pro-kripto ini.
Aset kripto lain seperti Solana (SOL) mengikuti jejak Bitcoin dan mencatatkan kenaikan yang signifikan, naik 40% dalam seminggu. Selain itu, XRP kembali ke posisi yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam satu dekade terakhir, naik 41% dalam sepekan menuju akhir Januari.
Baca Juga: Hadapi Momen Krusial, Ini Sentimen Penggerak Harga Bitcoin Pekan Depan
Luno Indonesia memandang, terdapat dua narasi besar yang berlaku saat ini yaitu posisi pro-kripto dari Presiden Trump, serta kemungkinan rencana pemotongan suku bunga dari The Fed. Kedua narasi ini saling tarik menarik sentimen di pasar aset kripto.
Adapun The Fed akan mengadakan pertemuan di tanggal 29 Januari untuk mengambil keputusan suku bunga pertama di tahun 2025. Hasil keputusan tersebut akan menentukan arah yang lebih jelas untuk investor kripto.
‘’Notulen rapat The Fed di bulan Januari ini bisa menunjukkan alasan keputusan mereka untuk menghentikan pemotongan suku bunga, serta mengungkapkan prediksi suku bunga sepanjang tahun ini,’’ ungkap Luno kepada Kontan.co.id, Rabu (29/1).
Dengan bitcoin dan aset kripto lain yang berhasil menembus harga tertinggi baru, pasar kini beralih fokus ke berbagai sentimen penting di bulan Februari. Beberapa tanggal penting akan memengaruhi pasar aset kripto seperti data inflasi, notulen FOMC, hingga potensi penunjukkan Ketua Securities and Exchange Commission (SEC) baru.
Belum diketahui secara pasti kapan Ketua SEC baru akan ditunjuk, namun pencalonan biasanya dimulai setelah pengunduran diri ketua yang akan turun jabatan yaitu di tanggal 20 Januari. Trump sendiri telah mencalonkan Paul Atkins, yang memiliki posisi pro-kripto, untuk memimpin lembaga tersebut.
Beranjak dari situ, Luno menyebutkan bahwa rilis data pengangguran di AS perlu menjadi perhatian yang dijadwalkan 7 Februari 2025. Angka ketenagakerjaan yang kuat biasanya menyebabkan The Fed mempertahankan suku bunga yang tinggi untuk mengatasi inflasi, sedangkan data yang lemah bisa memicu pemotongan suku bunga.
Baca Juga: Crypto.com Hapus Tether USDT dan 9 Token Lainnya di Eropa pada 31 Januari 2025
Sebagai catatan, angka pengangguran AS melambat di angka 4,1% pada bulan Desember 2024, turun dari 4,2% di bulan November dan di bawah prediksi pasar di angka 4,2%.
Selanjutnya, pada 12 Februari 2025, pelaku pasar akan mencermati angka inflasi Amerika Serikat. Angka inflasi terbaru AS bakal menjadi sorotan karena prediksi pemotongan suku bunga The Fed telah menurun.
Adapun Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) naik 0,4% di bulan Desember 2024. Ini merupakan kenaikan inflasi bulanan tertinggi sejak bulan Maret 2024.
Di samping faktor tenaga kerja dan inflasi, pasar aset kripto akan dipengaruhi pembukaan token The Sandbox (SAND) pada 14 Februari. Tercatat sekitar 205 juta token SAND (yang mewakili 8,9% dari total persediaan) akan dilepas ke pasar.
Luno menjelaskan, peristiwa demikian bisa menjadi pedang bermata dua bagi suatu aset kripto. Di satu sisi, hal ini bisa membawa sentimen positif terhadap kripto dan ekosistemnya. Namun, dengan melepaskan sekaligus jumlah token yang cukup signifikan, maka persediaan yang beredar akan meningkat, berpotensi menurunkan harga jika permintaan tidak bisa mengimbangi kenaikan persediaan.
Token Avalanche (AVAX) giliran selanjutnya akan dibuka pada 16 Februari. Sentimen ini juga penting karena Avalanche akan merilis 0,41% dari total token yang bereda, yang berpotensi mempengaruhi permintaan dan persediaan di pasar.
Di tanggal yang sama, Token Arbitrum (ARB) bakal dibuka. Arbitrum akan membuka 92.650.000 ARB, yang merupakan 2,20% dari total persediaan yang beredar saat ini. Perilisan token ini berpotensi menambah tekanan harga di pasar jika permintaan baru tidak berhasil menyerap persediaan yang ada.
Setelah itu, pelaku pasar akan kembali menyoroti keputusan FOMC The Fed di 19 Februari 2025. Arah suku bunga menjadi narasi besar di pasar keuangan saat ini bersama dengan antisipasi kebijakan Donald Trump.
Selanjutnya: Bersih-bersih Anggaran? Trump Tawarkan Pegawai Federal Resign dengan Pesangon 8 Bulan
Menarik Dibaca: Kejatuhan Pasar Terjadi Februari 2025, Robert Kiyosaki Sebut Aset Ini bakal Meledak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News