Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil mengeluhkan kenaikan biaya bahan baku sebesar 13% lantaran ada tambahan biaya akibat dumping sehingga harga bahan baku menjadi mahal. Meski begitu, kenaikan harga bahan baku ini ternyata tak dirasakan oleh semua pebisnis tekstil.
Iwan Setiawan Lukminto, Chief Executive Officer PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengatakan imbas ini banyak dirasakan oleh perusahaan yang membeli bahan baku lokal dan menjualnya di pasar ekspor maupun yang menjual di pasar domestik.
"Ini tidak benar dan menjadi penghambat tekstil ekspor Indonesia dan harus dibatalkan, meskipun begitu kenaikan harga bahan baku ini tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap SRIL," kata Iwan, Jumat (25/7).
Menurutnya, target bisnis SRIL sudah sejalan dengan rencana awal karena menstabilkan kapasitas produksi dan pengembangan produk. Sementara kenaikan dollar AS diatasi dengan natural hedge.
"Tidak ada perubahan target kinerja. SRIL berharap proyeksi kinerja tumbuh sampai 30% pada akhir tahun 2018," kata Iwan.
Vice Presiden Director Pan Brothers (PBRX), Anne Patricia Sutanto menambahkan, terganggunya kinerja akibat naiknya bahan baku tergantung pada orientasinya. Kalau orientasinya domestik jelas membuat market Indonesia tidak menikmati harga market dunia. Kalau orientasinya ekspor, maka produsen akan memakai fasilitas kawasan berikat.
"Untuk PBRX kerena kami orientasi ekspor dan kami punya bonded zone kawasan berikat, jadi tidak terpengaruh," kata Anne
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News