kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua analis ini rekomendasikan buy MIKA dan HEAL, ini alasannya


Senin, 05 Oktober 2020 / 06:04 WIB
Dua analis ini rekomendasikan buy MIKA dan HEAL, ini alasannya
ILUSTRASI. Suasana rumah sakit Mitra Keluarga


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor kesehatan khususnya para emiten rumah sakit menjadi bisnis yang memiliki korelasi tinggi dengan pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini. Meski begitu, nyatanya pandemi tidak serta merta memberi sentimen positif bagi bisnis rumah sakit.

Joshua Michael Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan dalam riset, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di Jakarta diperkirakan tumbuh dua kali lipat dari jumlah saat ini. Hal ini membuat kunjungan pasien rawat jalan tetap rendah selama sisa tahun ini.

Di satu sisi, biaya pengobatan harian pasien Covid-19 jauh lebih tinggi dari rata-rata biaya rawat inap. Apalagi beberapa rumah sakit mengharuskan semua pasien menjalani tes PCR sebelum operasi.

Baca Juga: IHSG hari ini (5/10) diperkirakan kembali melemah, saham berikut bisa diakumulasi

Alhasil meski terjadi penurunan tajam dalam trafik pasien, pendapatan per hari rawat inap akan terus tumbuh seiring dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dalam perawatan.

Sementara, Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya melihat pengaruh pandemi terhadap sektor rumah sakit cenderung memberi sentimen negatif untuk volume pasien. "Sampai dengan semester I-2020 volume pasien cendeurng menurun dibandingkan semester I-2019," kata Rendy.

Namun, dampak dari pandemi memang membuat pendapat per pasien meningkat dibanding periode yang sama di tahun lalu. "Biaya perawatan pasien Covid-19 meningkat karena mereka membutuhkan lebih banyak tes diagnosis," kata Rendy.

Akibatnya, pendapatan pendapatan rata-rata per pasien catatkan peningkatan sekitar 3%-4% secara tahunan. Meski demikian, kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan penurunan volume pasien yang lebih banyak.

"Seluruh segmen baik rawat jalan maupun rawat inap masih akan menurun hingga akhir tahun ini, tetapi penurunan di segmen rawat inap akan lebih minim dibandingkan dengan rawat jalan seiring masih terus meningkatnya kasus positif harian," kata Rendy.

Alhasil, Rendy memproyeksikan kinerja sektor rumah sakit berpotensi turun dibanding tahun lalu. Padahal memasuki semester II-2020 terdapat ruang perbaikan seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di masa transisi fase I.

Namun, Rendy tetap pesimistis kinerja sektor rumah sakit bisa tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu.

Rendy memproyeksikan laba sektor rumah sakit cenderung akan menurun karena rendahnya volume pasien. Ujungnya, efisiensi operasional rumah sakit menurun dan menekan marjin keuntungan.

Namun, untuk jangka panjang atau bila pandemi berakhir, Rendy memproyeksikan kinerja sektor rumah sakit berpotensi membaik, terutama untuk volume pasien rawat jalan. Efisiensi operasional rumah sakit pun bisa ditingkatkan kembali.

Selain persoalan pandemi, BPJS Kesehatan juga mempengaruhi bisnis sektor rumah sakit. Joshua memproyeksikan tren pergeseran dari OPE (pengeluaran Out-of-Pocket, pasien datang dengan biaya sendiri) ke BJPS Kesehatan akan berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Penyebabnya adalah biaya rawat inap swasta di Indonesia relatif tinggi terhadap pendapatan per kapita saat ini.

Namun, di sisi lain BPJS Kesehatan masih terus defisit meski iuran peserta sudah dinaikkan. Ditambah, adanya Covid-19 membuat ekonomi melemah dan risiko masyarakat yang tidak membayar iruran jadi semakin tinggi.

Baca Juga: IHSG berpotensi lanjut melemah pekan depan, saham-saham ini bisa dilirik

"Jika defisit terus, pembayaran klaim ke RS bisa kurang lancar dengan tarif penggantian biaya perawatan yang juga belum naik sejak 2016," kata Joshua dalam riset.

Joshua menginisiasi overweight pada sektor rumah sakit, dengan merekomendasikan beli pada saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) di target harga Rp 2.900 per saham dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) di target harga Rp 4.000 per saham.

Joshua mengeskpektasikan pendapatan MIKA tumbuh 24% di 2021 dengan laba tumbuh 31,4%. Sementara, pendapatan HEAL di 2021 diproyeksikan tumbuh 23,8% dan laba tumbuh 53,3%.

Sementara, Rendy merekomendasikan MIKA dengan rekomendasi buy di target harga Rp 2.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×