Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Timah (Persero) Tbk (TINS) akan fokus mendorong pengembangan produksi timah di tahun ini. Perseroan menyiapkan dana investasi sebesar Rp 1,1 triliun untuk ekspansi tersebut. Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan TINS mengatakan, kali ini TINS tak akan hanya mengandalkan kas internal, tetapi juga mengkaji untuk mencari pinjaman jangka panjang.
Agung mengatakan, perseroan ingin mempertahankan produksi tahun ini sebesar 25.000 ton-30.000 ton. "Harapannya harga jual bisa lebih stabil dibandingkan tahun 2014 lalu," katanya kepada KONTAN, Selasa (6/1).
Dia menambahkan, sebagian dana ekspansi merupakan dana belanja modal 2014 yang dialihkan (carry over). Maklum, TINS awalnya ingin ekspansif dengan menganggarkan belanja modal senilai Rp 1,4 triliun di tahun 2014. Anggaran itu ditetapkan dengan asumsi bahwa harga jual timah di tahun ini bisa mencapai US$ 25.000-US$ 26.000 per ton.
Namun, karena harga jual timah masih merosot, TINS memangkas belanja modal menjadi Rp 800 miliar saja. Tahun ini, Agung berharap laba bersih TINS bisa naik 10%-15% dari tahun 2014 yang diperkirakan mencapai Rp 566,59 miliar-Rp 618,1 miliar.
Agung bilang, ekspansi tahun ini juga akan difokuskan untuk eksplorasi. Selain itu, TINS juga akan mengembangkan diversifikasi bisnisnya.
Perseroan akan tetap mengembangkan bisnis batubara. TINS berencana memperbesar porsi saham di Konsensi Pertambangan (KP) batubara di Sumatera Selatan (Sumsel). Kepemilikan saham TINS di KP Sumsel diharapkan segera bertambah dari 10% menjadi 80%.
Perseroan menyiapkan dana sebesar Rp 200 miliar untuk aksi korporasi itu. Produk batubara di KP tersebut memiliki kadar kalori sebesar 5.000 kcal per kg. "Kami masih membicarakan dan mengkaji, karena harga batubara juga masih rendah, kami ingin hati-hati dalam mengambil keputusan," ujarnya.
Selain itu, TINS juga akan melanjutkan rencana pembangunan pabrik pengolahan dan peleburan (smelter) bijih timah menjadi logam timah di Kabupaten, Belitung Timur, Bangka Belitung. Investasi smelter TINS tersebut senilai Rp 40 miliar.
Namun, TINS masih mengupayakan agar bisa mendapat izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Nah, TINS menargetkan smelter itu bisa dibangun pada Semester I tahun depan. Nantinya, smelter bakal memiliki kapasitas produksi sebesar 3.000 ton per tahun. "Kami juga menunggu pasokan bijih timahnya ideal," kata dia.
Agung berharap, TINS juga sudah bisa merealisasikan rencana diversifikasinya ke bisnis properti dalam waktu dekat. TINS ingin memanfaarkan lahan yang dimilikinya di Bekasi, Jawa Barat dan Bangka Belitung. TINS akan menggarap proyek residensial di lahan tersebut.
Makanya, jika memungkinkan, TINS berencana mencari pinjaman baru dengan tenor yang lebih panjang untuk beberapa proyeknya tahun ini. Namun, Agung belum memastikan berapa nilai pinjaman yang tengah dicari itu.
Pada perdagangan Selasa (6/1), saham TINS ditutup turun 1,27% ke level Rp 1.170 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News