Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengamati strategi diversifikasi yang dilakukan oleh emiten batubara saat ini merupakan respons yang signifikan terhadap perubahan paradigma global menuju transisi energi.
"Tindakan ini mencerminkan pemahaman bahwa keberlanjutan bukan sekadar pilihan, tetapi suatu keharusan untuk bertahan di pasar yang semakin kompetitif," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Selasa (8/10).
Hendra melihat pencapaian target tersebut akan bergantung pada strategi manajemen untuk mengelola transisi secara efisien dari sisi pengelolaan modal, sumber daya dan teknologi. Secara bersamaan, ada faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan, termasuk kebijakan pemerintah, tren industri, serta potensi risiko yang muncul dari transisi ini.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengingatkan efek dari strategi diversifikasi dan transisi bisnis ini tidak akan instan. Mayoritas emiten masih perlu waktu untuk dapat menyeimbangkan kontribusi pendapatan dari sumber non-batubara, lantaran saat ini rata-rata kontribusi dari bisnis batubara masih di atas 70%.
Baca Juga: Konsumsi Batubara RI Cetak Rekor, Bagaimana Update Diversifikasi Bisnis Non-Batubara?
Yaki mengamini, di luar rencana dan eksekusi bisnis dari emiten, faktor yang sangat memengaruhi transisi perusahaan batubara adalah kebijakan pemerintah. Kebijakan yang memberikan insentif, terutama di bidang energi terbarukan dan hilirisasi tambang akan menjadi katalis pendorong bagi transisi emiten batubara.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menyoroti dari sisi pergerakan saham, transisi emiten batubara cenderung mendapatkan respons positif dari pelaku pasar. Terutama bagi emiten yang getol menggelar diversifikasi melalui strategi ekspansi dan akuisisi ke bisnis baru.
Hanya saja, William mengingatkan sentimen yang bisa mendongkrak harga saham emiten cenderung jangka pendek hingga menengah. Lantaran pasar akan kembali menyesuaikan dengan sentimen yang lebih aktual, serta sejauh mana aksi yang dilakukan memberikan hasil pada kinerja keuangan.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Rencanakan Ekspansi Bisnis Non Batubara Lewat Alam Tri Abadi
"Cenderung positif (terhadap pergerakan harga saham) karena ekspektasi terhadap peningkatan kinerja sampai nanti terbukti hasilnya. Sebelum ada bukti dari kinerja, biasanya spekulasi lebih tinggi dengan mengikuti tren," terang William.
Di antara emiten batubara yang getol melakukan diversifikasi, untuk saat ini William menjagokan saham INDY, ADRO dan PT Harum Energy Tbk (HRUM). Sedangkan Yaki menyematkan trading buy pada saham TOBA, INDY, ADRO, UNTR dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Yaki menyarankan target harga untuk masing-masing saham tersebut berada di level Rp 700, Rp 1.820, Rp 4.000, Rp 27.700 dan Rp 3.160. Sementara Hendra melirik saham HRUM dengan target harga Rp 1.590, INDY untuk target Rp 1.850, dan Rp UNTR dengan target harga di level Rp 28.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News