Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengangkat dollar AS di hadapan mayoritas mata uang Asia. Tak heran, nilai tukar rupiah ikut tertekan di hadapan greenback yang solid.
Mengutip Bloomberg, Kamis (1/2), rupiah di pasar spot melemah 0,28% ke level Rp 13.424 per dollar AS. Sedangkan, kurs tengah Bank Indonesia mencatat penguatan rupiah 0,08% ke Rp 13.402 per dollar AS.
Hasil pertemuan FOMC yang dirilis hari ini memberi nada positif untuk perekonomian Amerika Serikat. Gubernur The Federal Reserves Janet Yellen optimistis bisa mencapai target inflasi 2%, sehingga peluang kenaikan suku bunga acuan hampir bisa dipastikan terjadi dalam waktu dekat.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan, rilis rapat FOMC hari ini telah mengkonfirmasi sinyal kenaikan The Fed hingga tiga kali pada tahun ini. Pada Maret mendatang, potensi besar menjadi bulan pertama kenaikan suku bunga AS.
"Akibatnya pasar mulai menghitung ulang potensi kenaikan suku bunga, termasuk potensi investasi ke aset US Treasury," jelas David kepada Kontan.co.id, Kamis (1/2).
Sedangkan dari sisi rupiah, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi Januari 2018 di level 0,62%, meleset dari target Bank Indonesia sebesar 0,73%. Menurut David, kondisi ini juga menekan rupiah, namun masih ada harapan dari rilis Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang akan dirilis dalam waktu dekat.
"Kalau rilis PDB kita bisa lebih tinggi dari perkiraan 5%, misal mencapai 5,1% seperti tahun lalu, bisa jadi surprise dan kuatkan rupiah," kata David.
Namun, untuk perdagangan besok, David melihat potensi rupiah akan lanjut melemah karena terhadang data tenaga kerja sektor swasta Amerika Serikat yang diprediksi bertambah sebanyak 181.000 pekerja. Prediksinya, rupiah akan melemah ke Rp 13.380-Rp 13.450 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News