Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi rupiah terbilang stabil di kisaran 13.300 sejak awal tahun. Kendati begitu, pada akhir September, nilai tukar rupiah sempat anjlok hingga hampir menyentuh posisi 13.600. Pelemahan rupiah mencapai 2% hanya dalam kurun waktu dua hari.
Terkait hal ini, Portfolio Manager PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Andrian Tanuwijaya berpendapat, pergerakan rupiah sangat didominasi oleh faktor eksternal. Dia lantas menjelaskan, mata uang dollar AS menguat setelah terjadi pengumuman reformasi perpajakan Amerika Serikat yang telah lama dinanti dan merupakan salah satu janji utama Presiden Donald Trump.
Akibatnya, lanjut Andrian, pengurangan pajak korporasi dan insentif bagi repatriasi dana dari luar negeri meningkatkan kecemasan terjadinya capital outflow dari negara-negara berkembang untuk 'pulang' ke Amerika.
"Ke depannya, tren pergerakan dollar AS akan mengikuti perkembangan rencana reformasi perpajakan tersebut," jelasnya.
Meski demikian, Andrian melihat, ekspektasi pasar yang tinggi dapat segera berbalik arah kehilangan momentum jika reformasi ini gagal diimplementasi. "Dan seperti yang terjadi pada rencana reformasi layanan kesehatan -untuk mengganti Obamacare- gagal diimplementasikan pemerintahan Trump, rencana reformasi perpajakan ini pun sepertinya akan menghadapi banyak tantangan dalam Kongres," jelasnya.
Andrian menyimpulkan, ada faktor yang dapat membuat dollar AS menguat. Tapi di sisi lain, cukup banyak pula yang dapat membuat dollar berbalik arah kembali ke tren pelemahan yang terjadi sejak satu tahun terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News