Reporter: Agung Jatmiko, Noor Muhammad Falih | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap beberapa mata uang utama dunia, terutama terhadap euro. Sentimen dari pidato pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan akan mempertahankan stimulus moneter menjadi salah satu penyebab.
Pasangan EUR/USD, Senin (11/2) pukul 19.50 WIB, menguat 0,28% menjadi 1,3403. Pairing AUD/USD melemah 0,40% menjadi 1,0277. Sementara, pasangan USD/JPY naik 0,82% menjadi 93,44.
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, penguatan euro terhadap dollar AS terjadi karena selama sepekan lalu pergerakan pairing EUR/USD ini cenderung tertekan. Namun, penguatan ini masih rawan. Euro mendapat tekanan dari pernyataan Presiden European Central Bank (ECB), Mario
Draghi yang mengindikasikan akan memantau apresiasi mata uang euro agar tidak terlalu tinggi.
Situasi politik yang belum stabil di Spanyol dan Italia juga semakin memberikan tekanan terhadap euro. Menurut Nizar, kegaduhan politik di kedua negara ini akan mengancam upaya pemulihan ekonomi di zona Eropa.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures mengatakan, pada pasangan AUD/USD, faktor dominan datang dari rilis data ekonomi Australia selama beberapa pekan terakhir yang direspon negatif oleh pasar. Ini membuat dollar Australia melemah.
Data ekonomi yang masih buruk, akan membuka lebar peluang pemangkasan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA). Ini semakin memperbesar kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi di Australia. “Sentimen ini mengalahkan kabar positif dari ekonomi China, yang tak lain adalah mitra dagang utama Australia,” kata Tonny.
Sementara Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures, memprediksi pasangan USD/JPY masih akan melanjutkan penguatan. Pemerintah Jepang bersikukuh, yen akan tetap dilemahkan demi mengejar target inflasi sebesar 2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News