Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah penguatan dollar Amerika Serikat (AS), harga emas jatuh ke level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Penguatan dolar AS membuat mata uang ini menjadi aset safe haven.
Harga emas di pasar spot, Rabu (28/9) pukul 15.01 WIB bertengger di level US$ 1.621,68 per ons troi atau turun 0,47% dari penutupan hari sebelumnya di US$ 1.629,32 per ons troi.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, kebijakan agresif The Fed menaikkan suku bunga menekan harga emas. Tambah lagi, pasar masih berekspektasi bunga The Fed masih akan berlanjut naik hingga 74 basis poin pada pertemuan November mendatang.
Bahkan, dengan tidak menutup kemungkinan bunga The Fed naik 100 bps bila inflasi AS masih bertahan di atas 8%. Selain itu, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury tenor 10 tahun yang mendekati level 4% atau tepatnya 3,98% turut menekan harga emas.
"Pelaku pasar lebih memilih memegang instrumen investasi yang aman dan memiliki imbal hasil tinggi yakni dolar AS," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Rabu (28/9).
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Rp 2.000 Menjadi Rp 932.000 Per Gram Pada Hari Ini (28/9)
Nanang menilai, meski turun, harga emas saat ini masih dalam level wajar karena sejak pandemi di tahun 2020 harga emas sudah bergerak pada area US$ 1.600-US$ 2.070 per ons troi. Namun, dengan inflasi yang tinggi ditambah laju bunga The Fed yang belum berhenti akan memberi tekanan bagi emas.
"Jadi harga emas belum bisa untuk rebound dengan mengantarkan kembali ke level US$ 1.700-US$ 1.800 per ons troin. Bahkan, koreksi lanjutan tidak menutup kemungkinan terjadi," katanya.
Nanang mengatakan, saat ini pasar lebih terfokus pada laporan inflasi AS. Angka inflasi yang masih tinggi diperkirakan menyulitkan harga emas bergerak naik karena dihantam suku bunga The Fed dan kenaikan yield US Treasury.
Ia memperkirakan, harga emas bisa bergerak di bawah US$ 1.600. Area US$ 1.565 menjadi target penurunan lanjutan bila breakout di bawah US$ 1.600.
Di sisi lain, potensi rebound harga emas sebenarnya bisa terjadi cukup signifikan nantinya dengan syarat persentase suku bunga Fed mulai berkurang. Menurutnya, kondisi tersebut bisa menjadi momentum pembalikan arah (reversal) bagi harga emas.
"Rebound terdekat penembusan resistance US$ 1.750 dan US$ 1.780 dan harga emas bisa bergerak nantinya di rentang US$ 1.800," imbuhnya.
Emas Antam
Nanang menambahkan, pergerakan harga emas Antam kemungkinan juga akan mengikuti pelemahan harga emas spot. Hanya saja pelemahannya akan lebih terbatas.
Prediksi Nanang, harga emas Antam masih akan bertahan pada area Rp 900.000 per gram. Apabila terjadi penurunan akan berada kisaran Rp 910.000 per gram - Rp 920.000 per gram.
"Emas Antam masih akan bergerak pada kisaran hingga akhir tahun Rp 920.000/gram - Rp 960.000/gram," sebutnya.
Karenanya, Valbury Asia Futures melihat emas Antam masih bisa dijadikan aset lindung nilai di tengah kuatnya dollar AS.
Baca Juga: Harga Emas Spot Kembali Turun, Terseret Penguatan Dolar AS dan The Fed yang Hawkish
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News