kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dolar AS Tertekan Data Inflasi, Simak Proyeksi Pergerakannya


Rabu, 14 Desember 2022 / 19:14 WIB
Dolar AS Tertekan Data Inflasi, Simak Proyeksi Pergerakannya
ILUSTRASI. Indeks dolar AS melemah setelah data inflasi melandai


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) alias USD berpotensi melanjutkan koreksinya. Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi AS yang semakin menurun.

Inflasi AS bulan November 2022 tercatat sebesar 7,1% secara tahunan atawa year on year (YoY), lebih rendah dari inflasi Oktober 2022 yang sebesar 7,7% YoY. Alhasil, kurs dolar AS melemah 0,41% ke level Rp 15.592 per dolar AS pada perdagangan Rabu (14/12).

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, bank sentral AS The Fed diperkirakan akan merespons data inflasi yang lemah dengan kebijakan moneter yang lebih tidak agresif. Hal ini dapat membuat kurs dolar AS lanjut turun.

Akan tetapi, menurut Lukman, pelemahan dolar AS tidak akan signifikan. Pasalnya, Inggris Raya (United Kingdom/UK) juga mencatatkan penurunan tingkat inflasi pada November 2022, yakni sebesar 10,7% YoY dari 11,1% YoY pada Oktober 2022.

"Data inflasi UK menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan sehingga memberikan ruang bagi Bank of England untuk lebih soft ke depannya," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (14/12).

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Lanjut Menguat pada Perdagangan Kamis (15/12)

Tak berhenti sampai di situ, tingkat inflasi di Uni Eropa juga diperkirakan lebih rendah dari sebelumnya. Dengan begitu, langkah European Central Bank dan Bank of England ke depannya juga mulai kurang agresif sehingga menahan dolar AS melemah lebih lanjut.

Selain data inflasi, pelaku pasar juga akan mencermati data lain yang bakal dirilis, seperti data tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan manufaktur. Data tersebut akan turut memengaruhi pergerakan dolar AS ke depannya.

Meski berpotensi melemah lagi, Lukman menilai dolar AS tetap menjadi mata uang utama dunia dengan imbal hasil yang paling tinggi. Ancaman resesi global juga akan mendukung status dolar AS sebagai safe haven.

"Oleh sebab itu, dolar AS masih akan menjadi tujuan investasi mata uang yang paling menarik," ucap Lukman.

Baca Juga: Bertenaga, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.593 Per Dolar AS Hari Ini (14/12)

Sampai dengan akhir tahun 2022, Lukman memprediksi dolar AS akan bergerak soft dan rupiah cenderung stabil di kisaran Rp 15.400-Rp 15.700 per dolar AS.

Sementara di akhir tahun 2023, dolar AS akan cenderung menguat di kisaran Rp 16.000-Rp 16.500 dolar AS. Pasalnya, rupiah dan mata uang lainnya akan tertekan sentimen risk-off perlambatan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×