Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Amerika Serikat (AS) terus melemah sepanjang tahun 2025, membuka ruang penguatan bagi mayoritas valas lainnya.
Pelemahan ini didorong oleh ekspektasi perlambatan ekonomi AS, potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed, serta arus modal keluar dari pasar keuangan AS.
Mengutip data Bloomberg per Rabu (4/6), indeks dolar (DXY) yang mencerminkan kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama turun 8,33% secara year to date (YTD) ke level 99,13.
Baca Juga: Kurs Rupiah Tertekan Efek Kebijakan Perdagangan AS yang Tak Tentu, Rabu (4/6)
Valas Menguat Serempak
Krona Swedia (SEK) tercatat sebagai mata uang dengan penguatan tertinggi terhadap dolar AS, yakni 15,12% TD.
Disusul dolar Taiwan (TWD) sebesar 9,28% dan yen Jepang (JPY) yang menguat 9,04%.
Menurut Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, pelemahan dolar AS masih akan berlanjut.
“Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan manuver kontroversial Presiden AS Donald Trump memberi tekanan berkelanjutan terhadap greenback,” ujarnya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,1% ke Rp 16.305 per Dolar AS pada Rabu (4/6)
Yen Jepang Jadi Primadona
Fikri menilai, yen Jepang masih menjadi aset menarik dalam jangka pendek maupun panjang.
Jepang justru menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga, berbeda dengan tren pelonggaran moneter di AS.
“JPY masih memiliki tren teknikal yang positif terhadap dolar AS,” ujarnya. Selain yen, Fikri juga merekomendasikan krona Swedia dan yuan China (CNY) karena stabilitasnya terhadap dolar.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,09% ke Rp 16.295 per Dolar AS pada Rabu (4/6)
Namun demikian, ia mengingatkan agar investor tetap waspada terhadap ketidakpastian global.
“Untuk saat ini, strategi investasi dengan horizon pendek hingga menengah lebih disarankan,” pungkasnya.
Selanjutnya: Kemenkeu Catat Setoran Pajak Daerah Capai Rp 64,1 Triliun Hingga April 2025
Menarik Dibaca: Dukung Produktivitas dan Efisiensi Kerja, ASUS Rilis Lini Expert P Series
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News