Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) melanjutkan tren penguatan. Pada perdagangan 26 September 2022 di pasar spot, rupiah ditutup melemah 0,61% atau ke Rp 15.129 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, rupiah melemah 0,55% ke Rp 15.119 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penguatan dolar AS sepanjang 2022 diakibatkan oleh kebijakan The Fed yang semakin hawkish.
"Penguatan dolar AS juga didukung oleh data indikator AS yang relatif masih solid sehingga The Fed masih berpotensi untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya hingga kuartal I-2023," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Senin (26/9).
Baca Juga: Dolar AS Melanjutkan Kenaikan, Begini Nasib Mata Uang Lain
Sementara itu, laju kenaikan suku bunga negara maju tidak seagresif kebijakan The Fed, sehingga interest rate gap antara negara-negara G-10 dengan AS cenderung melebar.
"Perbedaan ini berimplikasi pada kecenderungan permintaan dollar yang meningkat. Di saat yang bersamaan, beberapa mata uang negara maju, seperti Euro dan Sterling, terdampak oleh krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina," jelasnya.
Josua mengatakan hal ini menimbulkan sentimen negatif terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa, sehingga mendorong pelemahan mata uang tersebut. Dalam jangka pendek, dolar AS berpotensi melanjutkan tren penguatannya akibat The Fed yang belum juga memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneternya.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah 0,56% ke Rp 15.119 pada Senin (26/9)
Inflasi global juga masih tinggi karena dampak dari kenaikan biaya input, terutama energi, akibat konflik Rusia-Ukraina yang belum juga usai. Inflasi yang tinggi diperkirakan mendorong para bank sentral global untuk mempertahankan kebijakannya setidaknya hingga tahun 2023.
Menurut Josua rupiah merupakan salah satu matau uang yang mengalami depresiasi yang terbatas dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, didukung oleh fundamental yang masih kuat. Fundamental ekonomi Indonesia salah satunya menguat karena harga komoditas ekspor Indonesia meningkat di tengah kenaikan volume permintaan.
"Bila dilihat dari peristiwa 1-2 bulan belakangan, nilai tukar rupiah cenderung bergerak berdasarkan sentimen internasional, sehingga diperlukan sinyal dari Fed terkait pelonggaran kebijakan untuk mampu mendorong penguatan Rupiah," tutur dia.
Josua memperkirakan pergerakan rupiah dalam jangka pendek berada di kisaran Rp 15.000 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS dan di akhir tahun akan berada di rentang Rp 14.800 per dolar AS-Rp 14.900 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News