kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Dolar AS Melemah, Pelaku Pasar Nantikan Arah Suku Bunga The Fed Selanjutnya


Selasa, 07 November 2023 / 19:51 WIB
Dolar AS Melemah, Pelaku Pasar Nantikan Arah Suku Bunga The Fed Selanjutnya
ILUSTRASI. Pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS) telah memberikan ruang kenaikan pada mata uang lainnya.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS) telah memberikan ruang kenaikan pada mata uang lainnya. Pelaku pasar menanti komentar beberapa pejabat The Fed di pekan ini untuk menghargai posisi dolar AS selanjutnya.

Mengutip Tradingeconomics pada Selasa (7/11) pukul 19.WIB, pasangan mata uang EUR/USD telah menguat sekitar 0,93%, GBP/USD naik sekitar 1,12%, AUD/USD naik sekitar 1,29% dan NZD/USD naik sekitar 1,56% secara mingguan.

Pengamat Komoditas dan Founder Kepointrading.com Alwy Assegaf mencermati, penguatan mata uang rival tidak terlepas dari koreksi indeks dolar AS. Dolar lebih lemah setelah turunnya imbal hasil obligasi AS Tenor 10 Tahun dari level tertinggi sejak 2007 atau berkisar di atas 5% dalam beberapa waktu terakhir.

“Ini membuat dolar koreksi, dan juga dipicu sikap The Fed yang lebih cenderung dovish pada rapat minggu lalu. Meski ada beberapa perbedaaan pendapat antara pejabat The Fed mengenai kenaikan suku bunga selanjutnya,” jelas Alwy saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/11).

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah pada Rabu (8/11), Simak Sentimennya

Alwy melihat, Indeks dolar AS (DXY) sebelumnya sempat menguat di atas level 107 yang didukung ekspektasi bahwa suku bunga akan meningkat. Perkiraan itu di tengah data ekonomi AS yang solid dibandingkan zona euro ataupun Inggris seperti tercermin dari data Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) dan aktivitas PMI Manufaktur.

Namun seminggu terakhir dolar telah terkoreksi, menyusul reaksi pasar terhadap kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga. Di samping itu, Alwy menilai, pelemahan dolar AS juga karena terdapat aksi ambil untung atau disebut profit taking.

Pada pertemuan FOMC awal November lalu, Powell mengisyaratkan bahwa kenaikan bulan Juli adalah yang terakhir bagi Bank Sentral AS tersebut. Dimana saat ini probabilitas The Fed sebesar 90% untuk mempertahankan suku bunga di rentang 5,25%-5,50%, menurut data CME Fedwatch Tools.

Alwy memaparkan, data ekonomi terakhir mendukung The Fed untuk menahan suku bunga diantaranya adalah data tenaga kerja, Non Farm Payroll (NFP), kemudian pengangguran naik dari 3,9% dari sebelumnya 3,8%. Ini menunjukkan adanya perlambatan sektor tenaga kerja Amerika.

Data-data tersebut mengindikasikan The Fed bakal mempertahankan kebijakan moneter saat ini. Bahkan, pasar berekspektasi penurunan suku bunga akan terjadi di bulan Juni 2024.

“Ini yang meredupkan minat beli dolar, sehingga membuat mata uang lawan dolar seperti EUR, GBP, AUD, NZD meningkat. Kebetulan secara teknikal memang sudah oversold atau dalam kondisi jenuh beli,” ungkap Alwy.

Menurut Alwy, pergerakan dolar lebih lanjut akan bergantung sikap pejabat The Fed yang akan berbicara di pekan ini terutama Jerome Powell. Jika Powell mengulangi komentar dovish pekan lalu yang artinya mengisyaratkan berakhirnya sikluks kenaikan suku bunga, maka tekanan dolar AS masih bisa terus terjadi,

Jika sesuai skenario The Fed bakal less hawkish, maka dolar Aussie berpotensi lebih baik dibandingkan mata uang lainnya. Sebab, AUD didukung keputusan Bank Sentral Australia (RBA) yang mengerek suku bunga untuk hadapi inflasi pada hari ini, Selasa (7/11) dan masih berpotensi ke depannya untuk naik lagi.

Momentum untuk AUD didukung dari kebijakan suku bunga, lalu dari sisi nilai tukar yang sudah oversold. Ini cukup berbeda dengan bank-bank sentral lainnya seperti European Central Bank (ECB) yang menjeda suku bunga, Bank of England (BoE) juga demikian.

Baca Juga: Dolar AS Merosot, Ini Deretan Mata Uang yang Menguat Tajam Sepekan Terakhir

Sementara itu, Alwy mengamati, penurunan AUD/USD hari ini pasca kenaikan suku bunga karena masih menunggu komentar pejabat The Fed. Pernyataan dovish oleh The Fed nantinya akan mendorong harga AUD/USD lebih kuat.

Dia memperkirakan AUD/USD dalam jangka pendek di pekan ini masih akan berada di area resisten harga US$ 0.6520. Sedangkan, area supportnya dalam jangka pendek kisaran US$ 0.6352.

Namun, Alwy berujar, perlu diingat dolar saat ini masih didukung posisinya sebagai aset lindung nilai (safe haven) di tengah memanasnya konflik Israel dan Hamas (Palestina). Akhir tahun juga biasanya positif bagi dolar karena banyak korporasi membutuhkan dolar AS untuk pembiayaan.

Faktor bullish bagi dolar tetap ada diantaranya sifatnya sebagai safe haven tadi. Tetapi adanya gencatan senjata bisa menjadi faktor bearish yang tentunya bisa meredupkan permintaan safe haven asset.

“Perkembangan di timur tengah patut dicermati, kemana arah pergerakan pasar uang menuju antara risk off atau risk on,” kata Alwy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×