Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah seiring dengan pengumuman gencatan senjata di Timur Tengah.
Namun, ketidakpastian yang masih membayangi membuat volatilitas di pasar mata uang, termasuk rupiah, tetap tinggi.
Pada perdagangan Selasa (24/6), mayoritas mata uang global menguat terhadap dolar AS, sejalan dengan pelemahan indeks dolar (DXY). Rupiah tercatat menguat 0,84% ke level Rp 16.354 per dolar AS.
Baca Juga: Kurs Rupiah Berbalik Menguat Tajam Terhadap Dolar AS, Selasa (24/6)
Menurut data Trading Economics, DXY turun 0,45% dalam 24 jam terakhir ke posisi 97,97 pada pukul 18.34 WIB.
Indeks ini juga mencatatkan penurunan 0,88% dalam sepekan dan 1,14% sepanjang bulan terakhir.
Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa meskipun dolar AS melemah dalam jangka pendek, prospeknya ke depan masih akan sangat bergantung pada stabilitas geopolitik di Timur Tengah.
"Ini sangat tergantung apakah gencatan senjata benar-benar dihormati oleh kedua belah pihak," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/6).
Sementara itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai penguatan rupiah juga didorong oleh aliran dana asing atau hot money, khususnya ke pasar saham dan obligasi.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.354 Per Dolar AS pada Hari Ini (24/6)
Hal ini sejalan dengan meredanya risiko geopolitik setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran.
“Ruang penguatan rupiah masih terbuka, terutama karena faktor eksternal yang mendukung. Potensinya bisa mengarah ke Rp 16.234 per dolar AS,” ujarnya.
Di sisi lain, pelemahan dolar AS turut mengangkat minat terhadap mata uang safe haven seperti yen Jepang dan dolar Singapura.
Namun, menurut David, pilihan aset masih akan sangat tergantung pada jangka waktu investasi.
“Dalam jangka pendek, mata uang safe haven dan hard currency masih akan menjadi pilihan,” imbuhnya.
Selanjutnya: Prabowo Terima Ketua Umum PBNU di Istana, Bahas Apa Saja?
Menarik Dibaca: Musim Liburan, Gangguan Perjalanan Whoosh Akibat Layang-Layang Meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News