Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) terus melebarkan sayapnya ke bisnis di luar batubara termal. Pada Senin (4/9), emiten terafiliasi taipan Prajogo Pangestu ini mengumumkan diversifikasi usaha dengan merambah ke sektor penambangan batubara metalurgi. Diversifikasi ini dilakukan melalui anak usahanya, yaitu PT Daya Bumindo Karunia (DBK).
Diversifikasi dilakukan dengan menimbang prospek Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya batubara metalurgi yang melimpah. Di sisi lain, Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan industri atas batubara jenis ini.
Penambangan batubara metalurgi oleh Daya Bumindo Karunia berlokasi di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Lokasi wilayah pertambangan milik DBK seluas 14.800 hektare ini bersebelahan langsung dengan konsesi batubara milik anak usaha CUAN lainnya, yaitu PT Bara International (BI).
Sehingga, kedua anak usaha tersebut dapat memanfaatkan infrastruktur dan akses jalan yang sama untuk mengoptimalkan efisiensi operasional.
Baca Juga: Petrindo Jaya (CUAN) Milik Prajogo Pangestu Merambah Bisnis Emas
Berdasarkan informasi yang dikompilasi oleh pihak ketiga independen tahun 2011 dengan menggunakan kaidah-kaidah JORC 2004, Daya Bumindo Karunia mencatatkan sumber daya batubara (tereka, tertunjuk, terukur) sebesar 226,1 juta ton, dengan cadangan (terkira & terbukti) batubara sebesar 99,5 juta ton.
Michael, Direktur Utama Petrindo Jaya Kreasi berharap, diversifikasi ini mampu memberikan nilai tambah tersendiri di sektor pertambangan dengan berperan menekan angka impor dan memperkuat kemandirian industri nasional.
Dia optimistis perluasan cakupan usaha ini akan mendorong pertumbuhan bisnis yang positif bagi CUAN. Hal ini juga sejalan dengan strategi bisnis CUAN yang berfokus memperkuat posisi daya saing, tidak hanya di sektor energi, tetapi juga di sektor industri, yaitu melalui penambangan batubara metalurgi. Untuk diketahui, batubara metalurgi ini mampu menghasilkan kokas sebagai bahan baku utama dalam industri baja.
“Selain itu, lini bisnis baru ini juga akan berkontribusi memenuhi kebutuhan dalam negeri atas batubara metalurgi serta mendukung substitusi impor,” kata Michael, Senin (4/9).
Baca Juga: Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) Merambah Bisnis Batubara Metalurgi
Michael melanjutkan, CUAN akan melakukan pembaharuan cadangan dan sumber daya milik DBK, melaksanakan kegiatan eksplorasi lanjutan, serta penambangan batubara sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang disetujui oleh Pemerintah.
Selain batubara kokas, CUAN juga merambah bisnis mineral emas. Diversifikasi usaha ini dilakukan CUAN melalui anak usahanya, yakni PT Intam. PT Intam memiliki wilayah konsesi pertambangan emas seluas 18.500 hektar di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, bersebelahan dengan dua konsesi emas lainnya di Sumbawa.
Michael, mengatakan, masuknya CUAN ke bisnis emas tidak terlepas dari adanya potensi mineral emas sebagai salah satu komoditas pertambangan yang penting dan bernilai tinggi.
Diversifikasi usaha melalui penambangan emas ini merupakan bentuk transformasi perusahaan dalam memperkuat portofolio untuk bisnis yang lebih berkelanjutan. “Melalui Intam, CUAN berharap dapat memberikan peningkatan kinerja yang substansial sehingga mampu berkontribusi memberikan nilai yang lebih baik bagi pemegang saham, perekonomian Indonesia, dan juga masyarakat sekitar,” kata Michael.
CUAN menyambut baik keputusan Pemerintah untuk melakukan pembatalan atas pencabutan beberapa izin usaha pertambangan (IUP), termasuk IUP milik dua anak usaha CUAN yakni DBK dan Intam. Setelah melakukan penelaahan, audiensi, penyampaian laporan serta pemenuhan seluruh kelengkapan administratif yang disyaratkan, maka Kementerian Investasi / Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membatalkan pencabutan IUP DBK dan Intam.
Baca Juga: Harga Saham Melejit Sejak IPO, Sejumlah Taipan Ini Mengantongi Cuan Jumbo
Ini menjadikan kedua anak usaha CUAN tersebut dapat kembali melanjutkan seluruh kegiatan operasional penambangan dan produksi di wilayah kerja miliknya. “Saat ini, DBK dan Intam tengah menyelesaikan proses administrasi tahap akhir yang dibutuhkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk pembatalan pencabutan IUP tersebut,” pungkas Michael.
Sepanjang semester I-2023, CUAN membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 169,35 miliar. Realisasi ini naik 14,45% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 147,97 miliar. Alhasil, laba bersih per saham CUAN naik menjadi Rp 15,86 dari sebelumnya Rp 15,49.
Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan kenaikan pendapatan. CUAN membukukan pendapatan senilai Rp 1,04 triliun atau melesat 72,9% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 601,93 miliar.
Secara rinci, pendapatan CUAN didominasi oleh penjualan ekspor yakni mencapai Rp 858,85 miliar, disusul penjualan batubara ke pasar domestik senilai Rp 182,00 miliar. Adapun penjualan yang melebihi 10% dari total pendapatan yakni kepada Flame Asia Resources Pte. Ltd. senilai Rp 428,68 miliar, San Miguel senilai Rp 244,17 miliar, Bulk Trading senilai Rp 185,99 miliar, dan kepada PT Bara Makmur Dwitama senilai Rp 182 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News