Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) masih cukup solid. Kenaikan harga jual menjaga kinerja SMGR dalam tren positif.
Pendapatan SMGR memang terpantau turun tipis 0,19% menjadi Rp 25,28 triliun per kuartal ketiga 2022. Namun, SMGR berhasil mencetak laba bersih senilai Rp 1,65 triliun atau naik 18,9% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,38 triliun.
Arnanto Januri, Henry Wibowo & Po Wei, analis JP Morgan dalam riset tanggal 2 November menyebutkan bahwa dari pertengahan September dan awal Oktober, SMGR menaikkan harga jual sebesar 2%-3%. Kenaikan harga tersebut dilakukan secara bertahap di berbagai wilayah dengan mempertimbangkan dampak pada volume.
JP Morgan meyakini harga jual rata-rata atawa average selling price (ASP) yang lebih tinggi dapat lebih menguatkan perputaran pendapatan SMGR dibandingkan volatilitas dalam volume penjualan.
"Sebab, kenaikan harga adalah margin yang atraktif dan lebih permanen," ungkap analis JP Morgan dalam riset.
Baca Juga: Laporan Keuangan Dirilis, Ini Pilihan Saham Blue Chip Jelang Window Dressing
SMGR masih berencana untuk kembali menaikkan harga jual 2%-3% di kuartal keempat 2022 guna mengurangi dampak biaya transportasi yang lebih tinggi. Emiten semen ini menanggung biaya transportasi sekitar 6%-8% dari total beban, yang diperkirakan meningkat 10%-12% di kuartal empat.
Di sisi lain, Analis Sinarmas Sekuritas Michael Filbery mencermati bahwa SMGR berhasil mencatatkan pertumbuhan volume penjualan pada kuartal ketiga 2022. Meskipun masih lebih rendah 14,2% secara year-on-year (YoY), penjualan itu lebih tinggi 17,6% secara quartal on quartal (QoQ).
Baca Juga: Emiten Cari Dana Lewat Rights Issue, Bagaimana Rekomendasi Terhadap Sahamnya?
Volume penjualan yang meningkat tersebut di tengah kenaikan harga jual rata-rata sebesar 7% di kuartal ketiga 2022. ASP naik terdorong oleh biaya bahan bakar yang lebih tinggi.
Terlebih SMGR mampu menerapkan efisiensi biaya bahan baku dalam industri semen. SMGR memiliki biaya energi tumbuh lebih lambat yakni 28,4% YoY daripada rata-rata pemain lainnya sekitar 36,6% karena Semen Indonesia didukung oleh ketersediaan stok batubara domestic market obligation (DMO).
"Perusahaan mengklarifikasi bahwa telah mengamankan stok batubara yang dibutuhkan tahun ini dengan harga DMO," kata Michael kepada Kontan.co.id, Senin (14/11).
Di samping itu, Michael bilang, aksi SMGR mengakuisisi saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) bakal menambah peningkatan volume penjualan.Peningkatan volume penjualan berpotensi mencapai 2 juta ton per tahun, didukung adanya tambahan kapasitas terpasang dari SMBR.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dari Emiten Indeks LQ45 yang Telah Laporkan Kinerja Keuangan
Akuisisi yang diekspektasikan efektif rampung tahun depan akan memberikan peningkatan pangsa pasar SMGR, sehingga pangsa pasar bisa kembali ke 50%. Lewat akuisisi itu, SMGR memperkuat kehadirannya di wilayah Sumatra.
"Strategi jaringan distribusi dengan sistem close to market diharapkan bisa memperkuat pangsa pasar SMGR. Meskipun ada penyesuaian harga jual semen karena biaya manufaktur yang tinggi," sambung Michael.
Analis Kiwoom Sekuritas Rizky Khaerunnisa dalam riset tanggal 3 November 2022 menambahkan, akuisisi saham SMBR bertujuan untuk memperluas kekuatan SMGR di pasar Sumatra bagian selatan. Langkah itu kemungkinan akan membuat SMGR lebih fokus ke wilayah lain dan juga pasar ekspor.
Selain itu, SMGR juga akan melakukan right issue yang dinilai akan mampu mendongkrak penjualan melalui tindakan korporasi tersebut.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Sektor Barang Baku yang Masih Layak Diburu
Rizky menuturkan, prospek SMGR selanjutnya pun masih cukup baik seiring kebutuhan konstruksi di Ibu Kota Negara (IKN) baru. SMGR memiliki peluang besar di Indonesia, khususnya Kalimantan.
Produsen semen pelat merah ini dapat memenuhi permintaan kawasan IKN dengan meningkatkan kapasitas dari Semen Tonasa di Pangkep dan Semen Gresik di Jawa Timur.
"Kami percaya relokasi ibu kota baru Indonesia dan pengembangan proyek IKN di Kalimantan akan terpicu pengembangan lebih lanjut infrastruktur dan pendukung bisnis lainnya," imbuh Rizky dalam riset (3/11).
Baca Juga: Efek Naiknya Harga Jual dan Batubara, Ini Rekomendasi Saham Semen Indonesia (SMGR)
Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pendapatan SMGR hingga akhir tahun bakal berada di Rp 35,29 triliun atau tumbuh 1% YoY dengan laba bersih mencapai Rp 2,06 triliun. Rizky menyematkan rekomendasi add saham SMGR dengan target harga Rp 9.150 per saham.
Michael menyarankan beli saham SMGR dengan target harga Rp 9.500 per saham. Dia menilai SMGR mampu mencetak pendapatan Rp 35,71 triliun dengan laba bersih Rp 2,40 triliun hingga akhir tahun 2022.
Sementara JP Morgan menyematkan rating overweight untuk saham SMGR dengan target harga Rp 8,100 per saham. Mereka memproyeksikan pendapatan SMGR mencapai Rp 36,21 triliun dengan laba bersih Rp 2,48 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News