Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal membuat nilai kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus menunjukan tren penurunan lebih dari satu bulan terakhir.
Mengutip Ditjen Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu), pada 1 Februari silam dana asing di SBN mencapai Rp 864,73 triliun, namun nilai ini berkurang Rp 27,79 triliun hingga 5 Maret lalu menjadi Rp 836,94 triliun.
Asal tahu saja, jumlah dana asing yang ada di SBN per 5 Maret bahkan lebih rendah ketimbang perolehan yang tercatat pada awal tahun ini. Per 2 Januari, investor asing menyimpan dananya di SBN sebesar Rp 837,03 triliun.
Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengatakan, sentimen seputar kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat berperan besar terhadap menyusutnya nilai kepemilikan asing di pasar obligasi negara.
Investor asing dilanda kekhawatiran ketika Jerome Powell, Ketua The Federal Reserve, dalam pidatonya menyebut suku bunga acuan AS bisa saja naik lebih dari 3 kali sepanjang tahun ini. Hal tersebut didukung oleh membaiknya data-data ekonomi AS selama bulan Februari, salah satunya data inflasi.
“Investor asing berupaya menyesuaikan kembali portofolio mereka akibat sentimen Fed fund rate,” kata Desmon, Kamis (8/3).
Ia melanjutkan, sentimen kenaikan suku bunga acuan AS membuat pasar keuangan, baik saham ataupun obligasi, di Indonesia dan berbagai negara lainnya mengalami gejolak. Hal itu tercermin dari melemahnya indeks saham atau obligasi domestik dalam beberapa pekan terakhir. Ujung-ujungnya, investor asing benar-benar keluar dari negara yang bersangkutan untuk sementara.
Walau tidak menyebut secara rinci, Desmon bilang rata-rata investor asing kembali berinvestasi di Eropa dan Amerika Serikat. “Karena sebagian besar investor asing di Indonesia berasal dari AS dan Eropa,” ujarnya.
Setali tiga uang, Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengaku bahwa aksi jual yang dilakukan oleh investor asing di pasar obligasi Indonesia sulit dihindari akibat kuatnya sentimen eksternal. Ditambah lagi, sentimen tersebut mempengaruhi posisi nilai tukar rupiah yang sejatinya berperan besar terhadap stabilitas pasar obligasi.
Ia menambahkan, salah satu dampak yang paling dirasakan akibat berkurangnya jumlah dana investor asing di pasar obligasi adalah sepinya lelang SBN. Lihat saja lelang Sukuk Negara pada Selasa (6/3) lalu yang mana pemerintah hanya menyerap Rp 5,09 triliun dari jumlah penawaran masuk senilai Rp 8,61 triliun.
“Investor lokal kesulitan menutupi ruang yang ditinggalkan oleh investor asing,” imbuh Anil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News