Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) selama pekan lalu mengalami tekanan signifikan. Harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini tergerus akibat aksi jual investor di saat kondisi suku bunga tinggi.
Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin menduga bahwa penurunan harga Bitcoin seiring terjadinya aksi jual beberapa pihak yang memegang Bitcoin dalam jumlah besar seperti pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Jerman. Aksi jual tersebut telah memengaruhi psikologi para pelaku pasar.
Pergerakan Bitcoin dipengaruhi pula dari adanya rencana distribusi BTC kepada para kreditur Mt. Gox awal Juli. Sentimen ini turut menjadi faktor yang membuat investor cenderung wait and see dalam kondisi sekarang.
“Faktor-faktor tersebut membatasi pergerakan BTC disaat situasi suku bunga tinggi The Fed yang diproyeksi akan berlangsung lebih lama dari ekspektasi yang berkembang bulan lalu,” ujar Fahmi kepada Kontan.co.id, Jumat (28/6).
Baca Juga: Bitcoin Kembali Menguat ke Level US$ 63.253, Simak Prospeknya
Fahmi menjelaskan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal 1 di angka 1,4% yang sesuai ekspektasi dapat semakin menjustifikasi langkah yang diambil The Fed saat ini.
Kemudian, pasar mungkin akan bereaksi positif apabila inflasi turun lebih baik dari ekspektasi, sebab hal itu dapat mempercepat tercapainya target inflasi The Fed di 2% dan mungkin akan menjadi faktor yang dapat mengubah pandangan suku bunga yang ada saat ini.
Namun, lanjut Fahmi, apabila inflasi inti AS tidak bergerak dan bertahan pada 2,8% yoy, maka dengan pertumbuhan PDB yang masih cukup baik, tren suku bunga tinggi yang ada mungkin akan diproyeksikan bertahan lebih lama yang dapat memberikan tekanan di pasar kripto.
Menurut Fahmi, harga bitcoin kemungkinan masih akan terkonsolidasi dalam jangka pendek apabila tidak terdapat perkembangan signifikan terkait faktor-faktor kunci yang mempengaruhi pasar. Area US$ 58.000 dapat menjadi level support yang cukup kuat untuk BTC, namun apabila tertembus, support kuat berikutnya berada di level US$ 50.000.
Baca Juga: Bitcoin Diprediksi Tetap Datar di Kisaran US$ 60.000 Dalam Jangka Pendek
Adapun bagi para investor, situasi ini dapat dimanfaatkan untuk berburu aset kripto potensial yang mungkin sedang terkoreksi karena faktor eksternal di saat faktor internal dari perkembangan proyek tersebut sebenarnya mengalami peningkatan yang positif.
Bagi para trader, tingkat volatilitas yang ada saat ini baik di Bitcoin maupun altcoin tentu sangat menarik, khususnya bagi para trader pemula yang mungkin belum terbiasa dengan ombak yang tinggi.
“Walau demikian, Reku tetap mengimbau investor untuk memantau kondisi pasar dan menyesuaikan strategi investasinya, sehingga dapat memanfaatkan momentum saat ini dengan bijak,” pungkas Fahmi.
Untuk diketahui, harga Bitcoin mengalami penurunan di pekan lalu, terjun di bawah level US$ 62.000 atau sekitar Rp1,01 miliar. Berdasarkan data Coinmarketcap, pada Senin (1/7) pukul 17.00 WIB, Bitcoin terpantau tengah naik ke level harga US$ 62.827.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News