Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) melonjak signifikan setelah rilis data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat bulan Desember 2024. Inflasi tahunan tercatat di angka 2,9%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal ini mendorong nilai Bitcoin melampaui US$102.000 atau setara dengan Rp1,6 miliar lebih.
Mayoritas aset kripto lainnya turut mengalami tren kenaikan, memperkuat optimisme pasar. Diantaranya seperti Ethereum (ETH) yang mencapai Rp54 juta, XRP di Rp50 ribu, SOL di Rp3,2 juta, dan XLM di Rp7 ribu.
Kapitalisasi pasar Bitcoin kini berada di angka US$ 3,7 triliun, dengan total volume perdagangan mencapai US$ 183 miliar. Sebagai perbandingan, pada bulan sebelumnya, ketika CPI berada di level 2,7%, di mana harga Bitcoin saat itu berada di kisaran US$90.000.
Baca Juga: Awal Berkuasa, Trump Rencanakan Pemerintahan Ramah terhadap Kripto
Mengutip Coinmarketcap, pada Sabtu (18/1) pukul 10.20 wib, harga bitcoin tercatat naik 3,34% ke level US$ 104.363.
CPI inti yang hanya meningkat 0,2%, lebih rendah dibandingkan perkiraan awal sebesar 0,3%, memberikan sinyal positif bahwa tekanan inflasi tetap terkendali. Dengan inflasi yang moderat, ada potensi bagi Federal Reserve untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, yang bisa semakin mendorong sentimen positif di pasar keuangan.
Optimisme ini juga tercermin dalam Fear and Greed Index pasar kripto, yang berada di angka 75 dari 100. Angka ini menunjukkan dominasi sentimen "greed" atau optimisme yang kuat di kalangan investor. Jika tren ini terus berlanjut, dalam waktu dekat ada peluang Bitcoin melanjutkan level psikologis di atas US$102.000.
Baca Juga: Bukan Bitcoin! Robert Kiyosaki Ungkapkan Aset yang Harus Dibeli Sebelum Harga Meroket
CEO INDODAX, Oscar Darmawan, menyebut lonjakan ini mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai.
“Kita melihat pola yang sama: ketika inflasi mulai stabil dan kebijakan moneter cenderung melunak, Bitcoin mendapatkan momentum kenaikan.” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Sabtu (18/1).
Dengan target inflasi The Fed berada di angka 2%, hampir tidak ada peluang pemotongan suku bunga di akhir bulan nanti. Keputusan The Fed akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan aset kripto, termasuk bitcoin.
“Jika The Fed memberi sinyal akan menurunkan suku bunga, maka likuiditas akan meningkat, dan Bitcoin bisa menjadi salah satu aset yang paling diuntungkan,” jelasnya.
Pekan depan, data Producer Price Index (PPI) yang akan dirilis pada 24 Januari 2025 diharapkan memberikan sinyal tambahan terkait tekanan inflasi yang mulai mereda. Oscar menilai bahwa faktor ini akan memperkuat sentimen bullish bagi Bitcoin.
“Investor institusional kini lebih percaya diri dalam memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio mereka. Ketika inflasi dan kebijakan moneter mulai stabil, permintaan terhadap aset kripto cenderung meningkat,” tambahnya.
Selanjutnya: Rekomendasi Saham INKP dan TKIM di Tengah Kenaikan Harga Pulp
Menarik Dibaca: 7 Macam Makanan yang Ampuh Turunkan Kolesterol Tinggi dalam Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News