Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan anak usahanya, yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diproyeksi oleh sejumlah sekuritas akan masuk dalam indeks LQ45. Asal tahu, LQ45 adalah indeks yang berisikan saham-saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menilai, kembalinya BUMI ke jajaran penghuni Indeks LQ45 akan menjadi bukti transformasi BUMI menjadi perusahaan yang bebas utang sejak Oktober 2022. Kondisi ini memudahkan BUMI melakukan sebagian pendanaan untuk melakukan hilirisasi batubara dan diversifikasi ke bisnis non-batubara.
Meski harga batubara saat ini dalam tren melemah, Dileep menilai harga saat ini masih cukup baik. Harga batubara saat ini berada pada kisaran US$ 150, masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga terendahnya yakni US$ 48 per ton yang terjadi pada tahun 2016. Sehingga, penurunan ini masih dapat dikelola dengan baik oleh BUMI.
Akan tetapi, meski harga batubara masih dianggap di level yang baik, Dileep menyebut BUMI tetap memerlukan tambahan efisiensi menyeluruh dan optimalisasi biaya dari bisnis konvensional tersebut. Sejumlah tantangan juga dihadapi BUMI seperti rezim royalti yang lebih tinggi, harga bahan bakar yang tinggi, dan harga acuan batubara (HBA) yang lebih tinggi dari harga internasional
“Kami sedang mengembangkan penerapan digitalisasi di seluruh unit operasi kami, mengembangkan kerangka kerja transisi energi dan semakin memperkuat aspek ESG & pengurangan emisi,” kata Dileep kepada Kontan.co.id, Munggu (23/7).
Baca Juga: Digadang-gadang Masuk LQ45, Simak Rekomendasi Saham BUMI dan BRMS
Adapun BUMI mencanangkan produksi batubara di kisaran 75 juta ton hingga 80 juta ton tahun ini.
Sementara itu, BRMS menargetkan produksi emas pabrik kedua miliknya akan bisa mencapai tingkat produksi kapasitas maksimum alias full capacity pada akhir Agustus atau awal September 2023. Nantinya, jika sudah mencapai full capacity, produksi emas di pabrik kedua BRMS yang berlokasi di Palu tersebut mampu mencapai 4.000 ton bijih per hari.
“Produksi emas dari pabrik kedua terus meningkat. Saat ini pabrik kedua sudah beroperasi dgn kapasitas sekitar 1.500 sampai dengan 2.000 ton bijih per hari,” kata Direktur Bumi Resources Minerals Herwin Hidayat kepada Kontan.co.id, Selasa (18/7).
Sehingga, peningkatan produksi emas dan harga jual emas yang terus meningkat ini diharapkan dapat terefleksi di kinerja keuangan BRMS pada semester pertama tahun 2023. Rencananya BRMS akan menerbitkan laporan keuangan semester pertama pada akhir bulan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News