Reporter: Dimas Andi, Grace Olivia, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menguat tipis setelah terperosok pada perdagangan kemarin. Selasa (24/4) pukul 10.19 WIB, rupiah di pasar spot diperdagangan di level Rp 13.894 per dollar Amerika Serikat (AS).
Rupiah menguat 0,58% jika dibandingkan dengan penutupan harga kemarin pada Rp 13.975 per dollar AS. Ini adalah level terlemah rupiah sejak Desember 2015.
Di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah masih berada di Rp 13.900 per dollar AS. Level ini melemah 0,04% jika dibandingkan dengan Senin pada Rp 13.894 per dollar AS.
Mata uang kawasan Asia hari ini bergerak mixed. Rupiah menguat bersama yuan, dollar Singapura, peso Filipina, dan baht Thailand. Sepanjang tahun ini, rupiah masih melemah terhadap dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berkinerja terburuk ketiga di kawasan Asia.
Rupiah melemah 2,43% sejak awal tahun. Dua mata uang yang berkinerja lebih buruk daripada rupiah adalah peso yang melemah 4,68% sejak awal tahun dan rupee India yang melemah 3,92% pada periode yang sama.
Pelemahan mata uang Asia sejak akhir pekan lalu terjadi karena penguatan nilai tukar dollar AS. Indeks dollar yang mencerminkan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama dunia bergerak di atas 90 sejak Jumat pekan lalu.
Kemarin, indeks dollar berada di 90,95. Penguatan indeks dollar AS terjadi karena imbal hasil US treasury bertenor 10 tahun mendekati 3%. Hari ini, indeks dollar terkoreksi tipis ke 90,93.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengatakan, dollar indeks diperkirakan bergerak di level 90,5—91,0 pada hari ini. Penguatan tersebut seiring dengan naiknya kembali imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sebesar 2 bps ke level 2,98% pada perdagangan kemarin (23/4).
Potensi naiknya suku bunga acuan AS sebanyak empat kali pada tahun ini masih menjadi penyebab utama kenaikan imbal hasil US Treasury. “Rupiah kemungkinan masih akan tertekan setelah kemarin kembali melewati angka psikologis di atas Rp 13.900 per dollar AS,” tulis Ahmad dalam riset hari ini.
Pada perdagangan hari ini, Ahmad memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.850—Rp 13.980 per dollar AS.
Analis Monex Investindo, Faisyal, menjelaskan, penguatan rupiah pada awal perdagangan hari ini disebabkan oleh adanya upaya pemerintah menstabilisasi nilai tukar. "Bank Indonesia mengklaim telah melakukan intervensi besar-besaran di pasar untuk menjaga level rupiah," ujar Faisyal, Selasa (24/4).
Meski begitu, Faisyal melihat hingga saat ini, rupiah belum lepas dari tekanan lantaran dollar AS yang kian perkasa. Ia memproyeksi, sore nanti nilai tukar rupiah masih akan berakhir melemah.
Pasalnya, semalam sejumlah data ekonomi AS dirilis cukup positif. Data indeks PMI sektor manufaktur dan jasa AS untuk bulan april masing-masing naik melebihi konsensus ke level 56,5 dan 54,4. Ada juga data penjualan rumah AS sepanjang Maret lalu yang dirilis mencapai 5,6 juta atau lebih tinggi dari perkiraan 5,55 juta.
"Ketegangan politik antara AS dan Rusia juga sedang mereda setelah adanya penundaan sanksi lanjutan. Faktor-faktor ini memicu penguatan dollar lebih lanjut," ujar Faisyal.
Adapun, dibanding mata uang emerging market dan Asia lainnya, Faisyal menilai rupiah masih berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Selain tekanan eksternal, faktor domestik juga turut menyeret nilai tukar rupiah.
Di antaranya, kondisi ketidakpastian politik jelang masa pemilu yang membuat investor mulai menjauh dari pasar dalam negeri. Juga, adanya musim pembagian dividen yang masih berlangsung sampai saat ini. "Pasar kita masih didominasi investor asing, sehingga momen dividen seperti ini menambah beban pada rupiah," katanya.
Faisyal memproyeksi, di akhir perdagangan nanti, nilai tukar rupiah masih akan melanjutkan pelemahan di kisaran Rp 13.900 - Rp 13.920 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News