kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tahun Pilpres dana asing biasanya meningkat


Senin, 26 November 2018 / 08:10 WIB
Di tahun Pilpres dana asing biasanya meningkat


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHSG yang trendnya mulai kembali naik membuat banyak investor kembali optimistis. Tapi banyak juga yang was-was melihat kondisi pasar ke depan. Apa yang bisa dilakukan investor? Berikut ini analisis IHSG dari Lana Soelistianingsih Economist Samuel Aset Manajemen.

Bagaimana Anda melihat kondisi pasar terakhir ini?
Ya kita kebetulan di tim ini kami di tim Samuel Aset Manajemen mencoba memperhatikan di tahun pemilu itu kondisinya seperti apa. Ada kesamaan di 3 pemilu sebelumnya, 2004, 2009, dan 2014. Pada tahun pemilunya itu biasanya aliran dana asing itu meningkat. Pada tahun pemilunya. Tapi bisa dimulai menjelang-menjelang tahun tersebut, ya. Jadi satu tahun sebelumnya sudah bisa dimulai menjelang akhir kuartal 4. Dan ini sekarang sudah mulai terjadi, sehingga kita ada  keyakinan yang probabilitasnya cukup tinggi bahwa dana sing ini akan meningkat di tahun 2019. 
Nah itu tentu akan mendorong indeks, selain juga tentunya semua pemerintahan ketika pada saat mau pemilihan umum, pasti ingin rapornya dilihat baik oleh masyarakat sehingga kinerja ekonominya pasti membaik. Ya kita lihat sebetulnya secara rapor ada banyak perbaikanlah di pemerintahannya Presiden Jokowi ini. Tol, trans Jawa, MRT, LRT, bandara yang kasat mata ya, belum lagi inflasi yang terjaga, jadi banyak rapor-rapor baik gitu. 
Dan dua, pertumbuhan ekonomi dalam 2 triwulan terakhir juga menunjukkan perbaikan, di atas ekspektasi dari analis. Kuartal 2 lebih baik, kuartal 3 kemarin juga lebih baik, ya saya kira ini semua menjadi faktor positif yang bisa mendukung indeks. 

Tapi kalau dilihat rupiah yang sempat melemah sudah membawa turun dalam?
Bahwa rupiah sempat ke 15.000 kemarin, tapi juga dengan sekarang penguatan yang cukup tajam memberikan semacam keyakinan pelaku usaha bahwa rupiah itu memang enggak wajar waktu 15 ribu. Itu hanya sesaat itu akan kembali lagi, nah tinggal kita menunggu proses apakah penguatan ini berlanjut dan juga enggak bisa kita lepaskan dengan kondisi global. Sehingga enggak bisa 100% kesalahan itu dari dalam negeri, karena juga ada faktor global. Nah, ketika emerging market tidak hanya Indonesia sudah mulai kelihatan ada perbaikan dan mulai melakukan adjustment dengan kondisi di Amerika. 
 

Adjustment seperti apa?
Kita melihatnya negara-negara utama ekonomi utama, itu kan sedang mengalami unbalancing growth. Amerika yang naik kencang, China, Jepang, Uni Eropa yang melambat.  Awal-awalnya kita tidak terbiasa ini, karena biasanya mereka jalan bareng. Mau naik-naik mau turun-turun bareng, ini enggak. Barangkali saat ini emerging market sudah melakukan semacam penyesuaian sehingga 2 triwulan terakhir kalau kita lihat di data emerging market juga menunjukkan perbaikan. Ini juga yang memberikan keyakinan untuk investor untuk kembali ke emerging market. Selain itu juga tadi ada beberapa kondisi yang kita lihat itu cukup mendukung ya. Kebetulan kita tahun politik tahun 2019  ada potensi,  perbaikan dari capital inflow yang bisa mendukung.

Berapa proyeksi Anda untuk indeks? 
Kami masih ada optimisme ya kalau tahun depan masih bisa ke arah 6.800. Walaupun sekarang juga di 6.000 masih naik turun gitu ya belum stabil. Nah tapi seiring dengan tadi, ketika dana asing mulai masuk, saya kira kita punya potensi. Kalau di tahun ini, kalau 6.100 ini bisa ditembus, saya kira sih hingga penutupan sih masih bisa antara 6.200 sampai 6.300.
 

Apa yang bisa dilakukan oleh investor?
Kalau kita melihat heat map  atau siklus dari pola tahunan, Desember sampai kira-kira Maret sih ada ada kenaikan. Ada kenaikan indeks di banyak negara, jadi mungkin bisa dimanfaatkan momentum tersebut ya dengan membeli sekarang. Ya untuk kemudian melihat potensi return 4 bulan ke depan, setelah itu karena ada pilpres barangkali sih agak sedikit slowdown.
Sampai dengan Mei karena mungkin ada puasa ada Lebaran. Mei juga biasa ada penurunan.  tapi kalau investor itu perspektifnya jangka panjang enggak perlu khawatir, kecuali kalau perspektifnya jangka pendek. Kalau perspektifnya jangka panjang, setiap ada potensi turun ya kesempatan untuk membeli. Tapi kalau investor jangka pendek ya harus memperhatikan timing, ketika return sudah tercapai ya harus keluar. 

Kalau sektor, sektor apa saja yang bisa dipilih?
Kalau sektor ini 3 tahun pemilu sebelumnya, semua sektor naik. Semua sektor naik, tapi yang utamanya yang naik itu memang gak selalu konsisten. Enggak selalu konsisten. Dalam 2 pemilu sebelumnya itu yang naik itu bank. Kita tergantung lagi nih, apakah BI masih terus menaikkan suku bunga, kalau rupiah sudah agak stabil barangkali kita sudah mulai mengurangi sektor yang berbasis dolar. Tapi yang di dalam negeri mungkin akan lebih meningkat. 

Selain bank, sektor konsumer, seperti itu atau perdagangan, infrastruktur  mungkin bisa ada momentum, ritel juga masih bagus. Tapi saya kira 2 tahun  tahun pemilu itu sektor bank masih menjadi idola. Apalagi kalau asing masuk karena kalau asing kan yang dibeli hanya big cap. Jadi kembali lagi sektor-sektor yang kalau kita yakini dana asing itu masuk di tahun pemilu, berarti kita mesti membeli seperti yang dilakukan oleh ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×