Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menargetkan tahun ini bisa mencatatkan kinerja positif. Proyeksi itu didukung meningkatnya volume pengangkutan batubara yang akan dijalankan perseroan tahun ini.
Wachjudi Anthony Martono, Direktur DEWA, Jumat (8/6), menuturkan, target tahun ini adalah mengangkut 15 juta ton batubara dan menggarap proyek overburden dengan volume sebanyak 100 juta bcm.
Volume pengangkutan tahun lalu, jauh di bawah proyeksi tahun ini. Selama 2011, realisasi pengangkutan batubara DEWA sebanyak 7,5 juta ton. Sedang volume overburden sebanyak 55,8 juta bcm.
DEWA memperoleh proyek dari perusahaan tambang yang dikendalikan Grup Bakrie, afiliasi emiten itu. Konsesi itu antara lain milik Kaltim Prima Coal (KPC), Arutmin, dan Berau Coal Energy (BRAU). Total nilai proyek tadi mencapai US$ 5 miliar.
Proyek-proyek tersebut sejatinya telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Misalnya, proyek KPC berlangsung sejak 2004 dan proyek Arutmin sejak 2008. Adapun proyek BRAU baru dimulai tahun lalu.
Manajemen DEWA tengah bernegosiasi dengan salah satu pemegang konsesi batubara lokal. Wachyudi belum mau menjelaskan identitas perusahaan yang dimaksud. Yang pasti, pemilik perusahaan itu di luar Grup Bakrie. Sekadar informasi, Grup Bakrie menguasai 21,61% saham di DEWA melalui Zurich Asset International Ltd.
Secara umum, pengelola DEWA belum mau menyebutkan potensi nilai kontrak yang akan diperoleh, baik dari proyek Grup Bakrie maupun proyek barunya. "Kami berharap, tahun ini, buku (laporan keuangan) bisa biru," tutur Wachjudi.
Hingga kuartal I-2012, DEWA menderita kerugian bersih US$ 2,91 juta. Beban usaha DEWA melebihi perolehan pendapatannya. Di periode itu, perseroan mengantongi pendapatan US$ 75,67 juta, sedangkan beban usahanya mencapai US$ 80,12 juta. Sepanjang 2011 lalu, DEWA menderita kerugian bersih senilai US$ 24 juta.
Prospek DEWA
Oleh karena itu, DEWA akan meningkatkan efisiensi untuk menekan beban operasionalnya, antara lain memperketat penggunaan bahan bakar serta pembelian peralatan.
Untuk memenuhi kebutuhan proyeknya, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga US$ 120 juta. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat dari capex tahun lalu, yang senilai US$ 50 juta. Hingga kini DEWA telah menggunakan capex sekitar US$ 80 juta untuk membeli alat berat.
Adapun sumber pendanaan belanja modal itu mayoritas diperoleh dari pinjaman lembaga keuangan. Porsinya lebih dari 50% dan sisanya dari supplier dan leasing.
Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, memperkirakan, dengan kondisi saat ini, DEWA belum bisa membukukan laba bersih. Hal itu seiring masih buruknya pasar batubara dunia. "Jika produsen batubara mengurangi target produksinya, maka nilai kontrak DEWA bisa terimbas," jelas dia.
Selain itu, efisiensi untuk perusahaan yang bergerak di sektor kontraktor tambang tidak mudah. Oleh karena itu, menurut Reza, sulit bagi DEWA untuk bisa mencatatkan laba bersih pada tahun ini.
Harga saham DEWA pada perdagangan kemarin ditutup menguat 1,79% menjadi Rp 57 per saham. Reza memperkirakan harga saham DEWA, hingga akhir tahun nanti, berpeluang menuju kisaran Rp 61 per saham hingga Rp 65 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News