Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) tengah membuat fundamentalnya makin solid. Salah satu caranya adalah dengan berekpansi ke Malaysia.
Tahun depan, ERAA berencana membuka 16 gerai di Negeri Jiran tersebut. Gerai yang dinamakan Urban Republic ini diklaim memiliki konsep yang lebih eksklusif, bahkan lebih ekslusif dibanding gerai Erafone yang ada di Indonesia. Sejauh ini, sudah ada tiga toko Urban Republic. Sementara, total gerai yang dimiliki ERAA saat ini sebanyak 519 toko.
Leonardo Henry Gavaza, analis Bahana Securities dalam riset 15 Desember lalu menjelaskan, ini merupakan salah satu cara ERAA untuk meningkatkan kontribusi pendapatan ritelnya. Catatan saja, sumber pendapatan ERAA selama ini masih dari penjualan telepon selular dan tablet.
Sementara, penjualan aksesoris, suku cadang, komputer, voucher pulsa dan peralatan elektronik lainnya masuk kedalam pos pendapatan ritel. Barang-barang seperti ini banyak ditemui di gerai-gerai handset seperti Erafone.
Selama ini, rata-rata kontribusi pendapatan ritel terhadap pendapatan konsolidasi ERAA sekitar 37%. Nah, dengan adanya ekspansi tersebut maka kontribusi pendapatan ritelnya meningkat menjadi 45%.
"Dengan ekspansi ini ditambah dengan efisiensi dari sisi working capital, kami memperkirakan ERAA bakal mengalami kenaikan margin bisnisnya," jelas Leo.
Dia memprediksi, margin kotor ERAA tahun ini sekitar 7,8%. Sementara, periode 2016 dan 2016 diprediksi masing-masing 8% dan 8,1%.
Memang, produk yang penjualannya dikemas dengan kesan ekslusif bakal memiliki harga yang lebih tinggi. Contohnya seperti di Urban Legend. Nah, biasanya produk-produk seperti inilah yang mampu memberikan margin lebih tinggi.
Selain soal margin, penambahan gerai tersebut juga bisa memperkuat pentrasi penjualan smartphone. Apalagi, selama ini ERAA memiliki hak ekslusif untuk mendistribusikan smartphone kenamaan seperti Samsung dan nokia, dan juga Apple.
Atas dasar hal itu, Leo memprediksi ERAA mampu mencatat penjualan sebesar Rp 18,57 triliun, Rp 19,78 triliun, dan Rp 21,4 triliun masing-masing untuk periode 2015, 2016 dan 2017. Untuk periode yang sama, laba bersihnya diprediksi masing-masing Rp 210 miliar, Rp 252 miliar, dan Rp 299 miliar.
Tapi, semua itu juga tergantung pada purchasing power atau daya beli masyarakat. Ini yang masih menjadi salah satu resiko. "Resiko lainnya juga adalah, tekanan terhadap oeprating margin karena kebutuhan working capital yang tinggi," tambah Leo.
Melihat hal tersebut, Leo memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp 850 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News