Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga sempat melejit ke level tertinggi di tahun ini pada Rabu (17/4) sebelum akhirnya turun kembali. Peluang kenaikan kembali harga komoditas ini sangat mungkin terjadi seiring defisit pasokan yang masih terjadi.
Mengutip Bloomberg, harga tembaga kontrak tiga bulan terakhir di London Metal Exchange berada di level US$ 6.476 per metrik ton pada Kamis (18/4) lalu. Angka tersebut turun 1,22% dibandingkan posisi di hari Rabu (17/4) yakni US$ 6.556 per metrik ton yang merupakan level tertinggi sepanjang tahun ini. Namun, sepanjang pekan lalu, harga tembaga masih naik 1,06%.
Sebelumnya, kenaikan harga tembaga dalam beberapa waktu terakhir sangat dipengaruhi oleh banjir besar yang melanda gurun Atacama di bulan Februari lalu. Hal ini sempat menghambat produksi tembaga di Cile.
Selain itu, harga komoditas tersebut juga melonjak seiring tersendatnya suplai akibat aksi blokade jalan di kawasan pertambangan tembaga Las Bambas MMG Ltd Peru.
Namun, suplai tembaga dari pabrik Las Bambas di Peru kini sudah kembali lancar sehingga mendorong penurunan harga logam industri tersebut. “Sudah terjadi penandatanganan kesepakatan antara pihak perusahaan, pemerintah Peru, dan para demonstran,” ungkap Senior Research dan Analis Asia Trade Point Futures Cahyo Dewanto, Senin (22/4).
Harga tembaga diyakini masih bisa melejit. Sebab, Komisi Tembaga Cochilco Cile memperkirakan, defisit pasokan tembaga masih bisa terjadi hingga tahun depan. Untuk tahun ini, defisit pasokan tembaga diestimasikan mencapai 208.000 ton. Sedangkan di tahun depan, defisit pasokan tembaga diprediksi mencapai 202.000 ton.
Di samping itu, perbaikan data ekonomi China juga akan menopang harga tembaga ke depan. Pekan lalu, data pertumbuhan ekonomi China di kuartal pertama tahun ini naik 6,4% atau lebih baik dari estimasi konsensus pasar sebesar 6,3%. Data produksi industri China juga tumbuh 8,5% di bulan Maret lalu.
Hasil ini membuat industri China berpeluang kembali bergairah di tengah masih berlangsungnya negosiasi dagang dengan AS. “Permintaan tembaga untuk kebutuhan industri kendaraan listrik juga bisa meningkat seiring kenaikan minyak dunia,” tambah Cahyo.
Secara teknikal, harga tembaga berada di atas moving average (MA)50, MA100, dan MA200. Indikator RSI berada di level 14 atau area netral. Sementara itu, indikator stochastic berada di level 9,6 dan menunjukkan sinyal jual. Begitu pula dengan indikator ADX yang berada di level 14 dan memperlihatkan sinyal jual. Adapun MACD berada di level 12,26 atau di area beli.
Cahyo merekomendasikan sell untuk komoditas tembaga. Prediksi Cahyo, harga tembaga akan bergerak di kisaran US$ 6.420—US$ 6.440 per metrik ton pada esok hari. Sedangkan sepanjang pekan, harga tembaga ditaksir berada di rentang US$ 6.200—US$ 6.500 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News