Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program vaksinasi Covid-19 diprediksi dapat meningkatkan kepercayaan diri masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti normal sehingga mampu mendorong peningkatan daya beli. Berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga naik pada Februari 2021 menjadi sebesar 85,8 naik ketimbang 84,9 pada bulan Januari 2021.
Analis Phillip Sekuritas Helen mengatakan, salah satu faktor pendorong keyakinan konsumen terhadap ekonomi adalah berlangsungnya program vaksinasi Covid-19. Vaksinasi diharapkan dapat membantu memulihkan aktivitas ekonomi.
Dia memperkirakan bahwa kinerja emiten barang konsumsi akan membaik tahun ini dibandingkan dengan tahun 2020. Pendukung perbaikan ini adalah relaksasi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia ataupun relaksasi lockdown di sejumlah negara tujuan ekspor emiten consumer goods.
Helen melihat sektor consumer goods masih menarik untuk periode jangka panjang. “Hal ini didorong oleh jumlah pasar yang besar dimana Indonesia adalah negara populasi keempat di dunia dengan 270 juta jiwa, besarnya kelas menengah dan perubahan gaya hidup dimana konsumen mencari kepraktisan dan kemudahan,” kata Helen kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Baca Juga: IHSG turun ke 6.199 pada Selasa (9/3), net sell asing capai Rp 783 miliar
Hanya saja, untuk jangka pendek sektor barang konsumsi masih dibayang-bayangi tekanan penurunan daya beli masyarakat selama pandemi. Kemudian kenaikan harga komoditas dikhawatirkan akan mengerek kenaikan bahan baku emiten barang konsumsi.
Guna mengangkat penjualan, Helen menambahkan, sejumlah emiten consumer goods bisa meluncurkan produk baru serta melakukan inovasi seperti menciptakan varian rasa atau aroma baru. Selain itu, mereka juga bisa menggenjot penjualan melalui e-commerce.
Secara valuasi, kata Helen, sebagian saham emiten consumer memang memiliki valuasi yang cukup premium lantaran dianggap sebagai defensive stock. Meski demikian, ada juga saham-saham consumer yang sekarang ini memiliki PE ratio di bawah rata-rata dalam lima tahun terakhir.
“Ini karena turunnya harga saham belakangan ini. Ketika ekspektasi pertumbuhan ekonomi mulai pulih, investor akan cenderung beralih ke sektor lain yang dianggap memiliki growth lebih menjanjikan,” imbuh Helen.
Baca Juga: Diskon di e-commerce memacu pertumbuhan konsumsi saat pandemi
Dari jajaran saham consumer dia bilang saham PT Sido Muncul Tbk (SIDO) dan PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) bisa dicermati. Menurut Helen, saat ini harga SIDO dan UCID terbilang wajar dengan PER masing-masing di 25,21 kali dan 20,02 kali.
Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu SIDO mencatatkan kinerja yang solid di 2020. Pendapatan emiten ini naik 8,47% menjadi Rp 3,33 triliun dan laba bersih tumbuh 15,6% menjadi Rp 934 miliar.
Sementara itu, UCID mencetak total pendapatan bersih 2020 sebesar Rp 8,43 triliun atau turun ketimbang realisasi pada 2019 yang tercatat sebesar Rp 8,52 triliun. Helen menyarankan pelaku pasar untuk bisa buy saham UCID dengan target harga Rp 1.700 per saham dan saham SIDO dengan target harga Rp 875 per saham.
Pada Selasa (9/3), harga saham UCID turun 0,66% ke Rp 1.500 per saham. Sedangkan harga saham SIDO stagnan di Rp 785 per saham.
Baca Juga: Minim efek yield US Treasury, obligasi korporasi masih positif sepanjang 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News