Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditutup perkasa pada akhir pekan kemarin. Penguatan berpotensi tidak berlanjut seiring data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang di atas ekspektasi.
Jumat (2/5), rupiah spot menguat 0,84% ke Rp 16.437 per dolar AS. Rupiah Jisdor juga menguat 1,11% ke Rp 16.493 per dolar AS.
Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana mengatakan penguatan rupiah di akhir pekan kemarin didorong hasil lelang SRBI yang kuat. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai yang dimenangkan sebesar Rp 21 triliun, yang dinilai angka yang cukup besar.
"Sehingga ada ekspektasi BI bisa melakukan intervensi di pasar dengan likuiditas baru," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (2/5).
Baca Juga: Ada Tekanan dari Pelemahan Rupiah, Inflasi Akhir 2025 Diprediksi Capai 2,33%
Untuk Senin (5/5), Fikri menilai pergerakan rupiah akan dipengaruhi dari data tenaga kerja AS. Adapun, AS mencatat penambahan lapangan kerja sebesar 177.000 atau di atas ekspektasi 130.000.
Menurut Fikri, data tersebut dapat memberikan tekanan terhadap pada rupiah. Apalagi ditambah data inflasi Indonesia yang tinggi di 1,17%.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai efek data tenaga kerja akan cenderung mini terhadap pergerakan rupiah awal pekan ini. "Saya kira tidak akan besar, walau melemah juga terbatas," sebutnya.
Baca Juga: BI Cabut 4 Pecahan Uang Kertas Rupiah, Cepat Tukar Sebelum 30 April 2025
Menurut Lukman, sentimen utama rupiah dan mata uang Emerging Market masih pada harapan perkembangan seputar perang dagang. Harapan itu masih akan mendukung rupiah dari perlemahan yang besar.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak direntang Rp 16.350 - Rp 16.500 per dolar AS. Sementara Fikri memperkirakan rupiah dikisaran Rp 16.450 - Rp 16.550 per dolar AS.
Selanjutnya: Terus Waspada, INSA Sebut Risiko PHK Mengintai Industri Pelayaran Nasional
Menarik Dibaca: 10 Jus Buah untuk Penderita Asam Lambung yang Aman Dikonsumsi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News