kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Data inflasi akan menuntun arah rupiah esok


Minggu, 30 September 2018 / 14:22 WIB
Data inflasi akan menuntun arah rupiah esok
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: Disa Ayulia Agatha | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada pekan lalu memberikan efek penguatan rupiah. Nilai tukar rupiah menguat 0,13% ke level Rp 14.903 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (28/9).

Kebijakan yang juga ternyata dilakukan oleh bank sentral di negara-negara emerging market lainnya ini dirasa mampu menopang stabil mata uang Garuda pada awal pekan ini. Sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 2%-2,25%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa terbitnya Peraturan BI (PBI) No. 20/10/PBI/2018 mengenai transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) akhir pekan lalu juga memberikan sentimen yang positif bagi rupiah. “Bagus ini buat pasar, soalnya transaksi ini mendukung investor untuk bisa hedging di dalam negeri,” ujarnya.

Transaksi DNDF juga dapat mendorong stabilitas sekaligus menanggulangi risiko nilai tukar rupiah, serta mempercepat pendalaman pasar valuta asing domestik. Tapi, Ibrahim juga memprediksi bahwa rupiah berpotensi melemah karena masih ada tekanan kenaikan suku bunga di akhir tahun.

Dalam menaikkan suku bunga, BI akan terus mengikuti kebijakan The Fed yang diperkirakan akan terjadi kembali pada akhir tahun ini (total empat kali), tiga kali pada 2019 dan satu kali pada 2020. Dari eksternal, adanya kondisi memanas dari Italia di mana banyak oposisi yang bertolak belakang dengan pemerintah dalam menghadapi defisit anggarannya.

Faktor lainnya juga datang dari bencana alam gempa 7,4 magnitudo dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. “Gempa dan tsunami ini melumpuhkan Sulawesi Tengah, sehingga membutuhkan dana yang cukup besar untuk penanganannya,” jelas Ibrahim.

Chief Economist Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, terlepas dari skalanya yang besar, dampak bencana ini masih relatif minimal. "Yang terkena relatif bukan merupakan daerah utama pariwisata Indonesia dan penghasil valas nasional. Belum terlalu berpengaruh terhadap rupiah," jelasnya.

Ibrahim memprediksi, rupiah akan berada di level Rp 14.850-Rp 14.930 per dollar AS dengan koreksi di penutupan pada Senin (1/10). Sedangkan Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 14.900-Rp 14.960.

Menurut David, inflasi September yang akan dirilis esok juga ikut mempengaruhi rupiah pekan ini. "Kita tunggu saja pengumuman angka inflasi, sepertinya masih rendah. Ekspektasinya ga lebih dari 0,1% bahkan bisa saja deflasi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×