kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Data China sedikit menopang emas


Selasa, 08 September 2015 / 19:21 WIB
Data China sedikit menopang emas


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Emas mencatat penurunan harga selama empat kali berturut-turut. Tekanan harga emas semakin besar seiring dengan menguatnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed.

Mengutip Bloomberg, Selasa (8/9) pukul 15.30 WB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa Commodity Exchange turun tipis 0,16% ke US$ 1.119,6 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Namun, selama sepekan emas turun 1,7%.

Data ekonomi AS yang dirilis Jumat (4/9) pekan lalu menambah tekanan pada pergerakan harga emas. Jumlah pekerja AS pada Agustus 2015 bertambah 173.000, berada di bawah prediksi sebesar 215.000. Namun, tingkat pengangguran turun 5,1% atau yang terendah sejak April 2008. Tingkat upah juga mengalami kenaikan sebesar 0,3% atau lebih tinggi dari sebelumnya 0,2%.

Andri Hardianto, Research and Analiyst Fortis Asia Futures mengatakan, banyak pelaku pasar melakukan aksi jual emas mendekati rapat FOMC karena memprediksi suku bunga The Fed akan naik 25 basis poin.

Meski berpotensi turun, Andri melihat pekan ini harga emas sedikit tertolong oleh data trade balance China yang naik menjadi US$ 60,2 miliar dari sebelumnya US$ 43 miliar. Impor negeri Tiongkok turun 13,8%, sedangkan ekspor juga turun 5,5%.

China merupakan importir emas terbesar di dunia, mengalahkan negara India. Oleh karena itu, kondisi ekonomi China akan mempengaruhi harga emas. Selain trade balance, pekan ini China juga akan merilis data inflasi atau CPI year on year per Agustus 2015. Data CPI diperkirakan naik menjadi 1,9% dari sebelumnya 1,6%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×