Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tengah mempersiapkan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) untuk menjadi perusahaan penyedia menara telekomunikasi terbesar di Indonesia. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan mengalihkan 4.000 menara milik PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) ke Mitratel pada akhir Agustus 2021.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi mengatakan, setelah pengalihan tersebut, Mitratel kini memiliki lebih dari 28.000 unit menara telekomunikasi. Menara-menara ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia baik perkotaan, pinggiran kota, maupun pedesaan.
Perlu diketahui pula, sebagian besar menara yang dialihkan dari Telkomsel ke Mitratel berada di luar Pulau Jawa. Dengan begitu, Mitratel dapat memfasilitasi para operator telekomunikasi yang tengah banyak melakukan ekspansi jaringan ke luar Jawa sehingga Mitratel dapat semakin memperluas basis pelanggannya.
Sejalan dengan kenaikan basis pelanggan tersebut, rasio penyewaan (tenancy ratio) menara Mitratel diharapkan akan semakin meningkat. "Pada saat ini, tenancy ratio dari menara kami sekitar 1,57 kali. Sementara itu, secara keseluruhan, komposisi menara Mitratel yang berada di luar Jawa mencapai 57% sehingga memberikan kesempatan penyewaan untuk semakin berkembang," tutur Heri dalam konferensi pers secara virtual, Senin (6/9).
Baca Juga: TOWR akuisisi SUPR, ini empat perusahaan penguasa menara telekomunikasi di Indonesia
Direktur Strategic Portfolio Telkom Budi Setyawan Wijaya menambahkan, selain memberikan tambahan menara yang dapat memperluas cakupan Mitratel, Telkom juga akan melengkapi Mitratel dengan keunggulan lainnya. Salah satunya adalah infrastruktur fiber optic. "Mitratel akan memegang beberapa portofolio fiber optic yang diharapkan bisa melengkapi produk yang dapat ditawarkan Mitratel ke operator telekomunikasi yang membutuhkan," ucap Budi.
Dengan begitu, Mitratel dapat mendukung beragam kebutuhan tidak hanya bagi TelkomGroup tapi juga penyewa lainnya. Selanjutnya, Mitratel bersiap untuk mengoptimalkan value creation selanjutnya melalui aksi korporasi yang lebih besar lagi.
Sebagai informasi, Mitratel membukukan pendapatan non-konsolidasi sebesar Rp 3,2 triliun pada semester I 2021 atau tumbuh 10,9% secara tahunan. Sementara margin EBITDA-nya meningkat menjadi 76,5% dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 66,6%.
Selain bisnis data center, kenaikan bisnis menara telekomunikasi ini juga menjadi salah satu pendorong pertumbuhan segmen Wholesale & International Business Telkom. Pada semester I 2021, pendapatan segmen bisnis tersebut tumbuh 1,2% year on year menjadi Rp 6,9 triliun.
Baca Juga: Bisnis penyedia layanan internet BUMN akan digabung, ini manfaatnya menurut Telkom
Investasi di startup melalui MDI
Budi mengungkapkan, Telkom juga akan konsisten menambah nilai dan jumlah investasi pada perusahaan-perusahaan rintisan (startups) potensial dari dalam dan luar negeri melalui perusahaan ventura MDI. Dalam waktu dekat, Telkom akan kembali membawa dua perusahaan untuk menjadi unicorn. Sayangnya, Budi belum mau memberitahukan dua nama calon unicorn tersebut.
Saat ini, Telkom telah berinvestasi pada 50 startups yang berasal dari 12 negara. Dua perusahaan, yakni Nium dan Kredivo sudah menjadi unicorn, tiga diantaranya sudah melaksanakan initial public offering (IPO), enam perusahaan sudah diakuisisi pihak ketiga.
Untuk tahun ini, Telkom memasang target dana kelolaan MDI sekitar US$ 900 juta. "Dana tersebut tidak semuanya dari internal. Ada lebih dari US$ 200 juta yang berasal dari investor dalam negeri dan luar negeri yang memberikan kepercayaan kepada MDI untuk mengelolanya," ungkap Budi.
Budi berharap, para perusahaan rintisan tempat Telkom berinvestasi tidak hanya dapat memberikan kenaikan nilai valuasi kepada Telkom melainkan juga manfaat yang dapat disinergikan dengan bisnis Telkom yang lainnya.
Baca Juga: Menilisik komponen pembentuk harga internet broadband di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News