Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
Biaya pajak di kuartal I/2021 pun lebih rendah secara qoq, sehingga menyerap kerugian dalam item non-operasional. Laba bersih di kuartal I/2021 mencapai Rp 266 miliar naik 1,4% secara qoq.
Niko menilai pendapatan dan EBITDA TBIG sudah sejalan dengan perkiraannya, ia juga melihat bahwa pendapatan akan meningkat di kuartal II/2021 dari 3.000 menara baru yang dibeli dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST).
TBIG telah melakukan deleverage secara signifikan dalam beberapa kuartal terakhir, yang meningkatkan lindung nilai utang bersih dengan saldo kas lebih dari Rp 5 triliun yang akan digunakan untuk transaksi tower dengan IBST senilai Rp 3,98 triliun di kuartal II/2021.
Selain itu, suku bunga efektif telah meningkat secara berurutan, dengan harapan transaksi menara hampir pasti akan menambah nilai di kuartal II/2021. Sebanyak 3.000 menara baru yang dibeli dari IBST juga dinilai akan menawarkan pendapatan mulai hari pertama.
Baca Juga: Mengukur Tinggi Prospek Saham TBIG Pasca Akuisisi Menara
Ia juga melihat bahwa menara dari IBST memiliki rasio sewa kurang dari 1,6x, menawarkan TBIG landasan tambahan untuk kolokasi baru di masa mendatang. Ia mengharapkan pendapatan meningkat secara signifikan di kuartal berikutnya.
Niko melihat pertumbuhan pendapatan TBIG akan meningkat sebanyak 20,65% di tahun ini menjadi Rp 6,4 triliun. Sedangkan laba bersih dinilai akan meningkat sebanyak 59,01% menjadi Rp 1,6 triliun.
Niko merekomendasikan TBIG jual dengan target harga Rp 2.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News