kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Dana kelolaan naik, reksadana terproteksi masih punya daya tarik bagi investor


Selasa, 25 Juni 2019 / 09:01 WIB
Dana kelolaan naik, reksadana terproteksi masih punya daya tarik bagi investor


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana terproteksi masih memiliki daya tarik yang menarik bagi para investor di tengah membaiknya kondisi pasar obligasi Indonesia. Hal ini turut didukung oleh peningkatan nilai dana kelolaan reksadana tersebut.

Mengutip data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana terproteksi tumbuh Rp 840 miliar menjadi Rp 124,55 triliun pada bulan Mei lalu. Padahal, dari bulan Februari hingga April dana kelolaan reksadana terproteksi selalu turun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, beberapa produk reksadana terproteksi yang telah jatuh tempo kini telah digantikan oleh produk-produk yang baru. Hal ini cukup membantu kenaikan dana kelolaan reksadana terproteksi di bulan lalu.

Selain itu, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih di level 6% juga mampu menopang pertumbuhan dana kelolaan reksadana terproteksi. Sebab, dengan adanya ekspektasi penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat, para investor menjadi terdorong untuk membeli reksadana tersebut. “Jadi banyak investor yang membeli reksadana terproteksi mumpung suku bunga acuan belum turun,” kata Wawan beberapa hari lalu.

Fund Manager Insight Investment Management Nesya Fitriani Agustini menambahkan, gejolak pasar saham dan obligasi yang terjadi di bulan lalu justru menjadi angin segar bagi reksadana terproteksi. Pasalnya, investor cenderung memilih reksadana ini mengingat modal awal yang disetor akan tetap terlindungi hingga waktu jatuh tempo sekalipun terjadi koreksi di pasar keuangan.

Tak ayal, dana kelolaan reksadana terproteksi masih bisa tumbuh positif di tengah ketidakpastian yang melanda pasar. “Selain itu, makin banyak investor ritel pemula yang memilih reksadana terproteksi sebagai instrumen awal dalam berinvestasi,” kata Nesya.

Wawan mengaku, indikasi kupon reksadana terproteksi berpeluang turun mengikuti tren penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) yang kembali terjadi di bulan Juni. Asal tahu saja, yield SUN tenor 10 tahun yang tercatat di Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) berada di level 7,45% pada perdagangan Senin (24/6).

Namun, hal tersebut tak menjadi masalah selama imbal hasil yang didapat investor masih lebih tinggi ketimbang bunga deposito.

Daya tarik reksadana terproteksi pun tidak akan memudar lantaran penurunan yield SUN akan memicu peningkatan penerbitan obligasi korporasi. Ini didukung pula oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan yang akan membuat cost of fund penerbit obligasi turut berkurang.

Kondisi ini cukup menguntungkan mengingat mayoritas reksadana terproteksi yang berada mengandalkan obligasi korporasi sebagai aset dasar portofolionya. Bukan tidak mungkin jumlah produk reksadana terproteksi yang beredar akan meningkat berkat sentimen tersebut.

“Dana kelolaan reksadana terproteksi juga bisa bertambah seiring prospek positif di pasar obligasi baik negara atau korporasi,” terang Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×